Cool Blue Outer Glow Pointer

Minggu, 29 Mei 2016

kelompok 10 ( belajar dan pembelajaran )


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang
Keberhasilan mengajar, selain ditentukan oleh faktor kemampuan, motivasi, dan keaktifan peserta didik dalam belajar dan kelengkapan fasilitas atau lingkungan belajar, juga akan tergantung pada kemampuan guru dalam mengembangkan berbagai keterampilan mengajar. Keterampilan-keterampilan ini sudah sepantasnya dikuasai guru.
Keterampilan mengajar bagi seorang guru sangat penting kalau ia ingin menjadi seorang guru yang profesional, disamping dia harus menguasai substansi bidang studi yang diajarkan, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Pada kenyataannya dewasa ini banyak para guru yang mengajar dengan pola tradisional dan mengabaikan keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar ini. Keterampilan dasar mengajar ini adalah merupakan panduan pengajaran mikro dengan menggunakan perangkat Sydney Micro Skills (1973).
Keterampilan-keterampilan mengajar yang dimaksudkan itu paling tidak meliputi keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberi penguatan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, keterampilan mengelola kelas, dan keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil.  Adapun Masalah pokok yang dihadapi guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang paling sering didiskusikan oleh penulis profesional dan oleh para pengajar adalah pengelolaan kelas. Mengapa demikian? Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran yang efisien Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. Tugas utama dan paling sulit bagi guru adalah pengelolaan kelas, lebih-lebih tidak ada satu pun pendekatan yang dikatakan paling baik. 
Adapun Masalah pokok yang dihadapi guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang paling sering didiskusikan oleh penulis profesional dan oleh para pengajar adalah pengelolaan kelas. Mengapa demikian? Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk meciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran yang efisien Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. Tugas utama dan paling sulit bagi guru adalah pengelolaan kelas, lebih-lebih tidak ada satu pun pendekatan yang dikatakan paling baik, untuk lebih jelasnya kami akan memaparkan di dalam Pembahasan di bawah.

1.2    Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas yaitu:
a)      Apakah pengertian dari keterampilan dasar mengajar ?
b)      Apa sajakah jenis-jenis keterampilan dasar mengajar yang dimiliki seorang guru? 
c)      Mengapa keterampilan dasar mengajar itu penting bagi seorang guru ?
d)     Apa itu Pengertian Pengelolaan kelas?
e)      Apa Tujuan Pengelolaan Kelas?
f)       Apa peran guru dalam strategi pengelolaan kelas?
g)      Apa Saja Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas ?
h)      Apa Saja  Pendekatan-Pendekatan dalam pengelolaan kelas ?
i)        Bagaimana Penataan ruang kelas?
j)        Apa Yang Menjadi Masalah dalam pengelolaan kelas ?

1.3   Tujuan
§  Untuk mengetahui pengertian dari keterampilan dasar mengajar.
§  Untuk mengetahui jenis-jenis keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki seorang guru.
§  Untuk mengetahui pentingnya keterampilan dasar mengajar bagi seorang guru.
§  Untuk mengetahui apa itu pengelolaan dan tujuan pengelolaan kelas.
§  Apa peran guru dan bagaimana strategi dalam pengelolaan kelas.
§  Pendekatan-pendekatan seperti apa  yang dilakukan dalam pengelolaan kelas.
§  Serta mengetahui penataan ruang dan masalah-masalah yang terdapat dalam kelas.

1.4    Manfaat
Diharapkan setelah membaca makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan calon guru sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai pengertian ketrampilan dasar mengajar, Jenis-jenis keterampilan dasar mengajar, pentingnya keterampilan dasar mengajar bagi seorang guru serta dapat membina dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan tertentu mahasiswa dan calon guru dalam mengajar. Serta pengelolaan kelas dengan interaksi komunikatif siswa .

1.5    Metode Penulisan
Metode Kajian Pustaka, yaitu mencari berbagai informasi dari internet dan sumber lainnya yang mendukung pembuatan makalah ini.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Keterampilan Dasar Mengajar 
Istilah mengajar sering digandengkan dengan belajar, sehingga sudah menjadi satu kalimat majemuk “kegiatan belajar mengajar” (KBM),  proses belajar mengajar (PBM) dan untuk menyebutkan kedua istilah tersebut, saat ini disatukan dengan “pembelajaran”. Dengan demikian jika disebut “pembelajaran” itu berarti menunjukkan proses kegiatan yang melibatkan 2 unsur yaitu belajar dan mengajar.
Mengajar merupakan kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh guru, dosen, atau instruktur dalam mengatur dan mengelolah lingkungan belajar untuk mendorong aktivitas belajar siswa atau pelajar. Sedangkan belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa atau pelajar merespon lingkungan belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Fokus pembahasan dalam tulisan ini di arahkan pada unsur mengajar, kalaupun ada unsur belajar dibahas semata hanya untuk mempertegas dan memperjelas pembahasan mengajar itu sendiri.
Mengajar (teaching) memiliki banyak pengertian, mulai dari pengertian yang sudah lama (tradisional) sampai pada pengertian yang terbaru (kontemporer). Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses menyampaikan informasi atau pengetahuan dari  guru, dosen, atau instruktur kepada siswa. Merujuk pada pengertian mengajar tersebut, inti dari mengajar adalah proses menyampaikan (transfer) atau memindahkan. Memang dalam mengajar ada unsur menyampaikan atau transfer dari guru, dosen, atau instruktur kepada siswa. Akan tetapi pengertian memindahkan tersebut bukan seperti seorang memindahkan air minum dari satu cangkir ke cangkir yang lain. Air yang dipindahkan dari satu cangkir ke cangkir yang lain volumenya akan tetap sama bahkan karena mungkin terjadi proses penguapan, maka volume air yang dipindahkan itu akan semakin berkurang (menyusut) dari keadaan sebelumnya. Oleh karena itu mengajar yang diartikan proses menyampaikan (transfer), maknanya adalah “menyebarluaskan/memperkaya” pengalaman belajar siswa sehingga dapat mengembangkan potensi siswa secara maksimal.
Makna lain dari pengertian mengajar sebagai proses menyampaikan, selain upaya menyebarluaskan dan memperkaya pengalaman belajar siswa ialah menanamkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Menanamkan satu pohon mangga, maka kemudian akan menghasilkan beberapa cabang dan ranting dan dari situlah keluar mangga yang banyak. Dari ilustraasi tersebut bahwa mengajar sebagai proses transfer adalah menanamkan pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga potensi berfikir (pengetahuan), sikap, keterampilan, kebiasaan dan kecakapan yang dimiliki siswa akan berkembang secara optimal.
Perkembangan berikutnya pengertian mengajar, yang kini banyak dianut yaitu suatu proses mengatur dan mengelola lingkungan belajar agar berinteraksi dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Inti pengertian mengajar (tradisonal maupun kontemporer) keduanya sama yaitu untuk mengubah perilaku siswa, yakni dimiliki dan terkembangkannya pengetahuan/wawasan berfikir, sikap, kebiasaan, dan keterampilan/kecakapan atau yang lebih populer perubahan berkenaan dengan: pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perbedaanya terletak pada proses upaya merubah tingkah laku tersebut. Pandangan lama melalui proses menyampaikan (transfer) yang kadang-kadang sering diartikan sempit, hanya terbatas sebagai proses menyampaikan atau memindahkan pengetahuan dan keterampilan saja, sedangkan pada pengertian yang baru, bahwa perubahan perilaku tersebut dilakukan dengan cara “mengelola lingkungan pembelajaran agar berinteraksi dengan siswa”.
Dalam mengajar ada dua kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh guru, dosen, atau instruktur, yaitu:
1) menguasai materi atau bahan ajar yang diajarkan (what to teach),
2) menguasai metodelogi atau cara untuk membelajarkannya (how to teach). Keterampilan dasar mengajar termasuk kedalam aspek nomor 2, yaitu cara membelajarkan siswa. Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan dikuasai oleh setiap guru, dosen, atau instruktur, karena mengajar bukan sekedar proses menyampaikan pengetahuan saja, akan tetapi menyangkut aspek yang lebih luas seperti: pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan, dan nilai-nilai.
Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) adalah kemampuan atau keterampilan yang khusus (most spesifis instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh guru, dosen, atau instruktur agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional.  Dengan demikan keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa kemampuan atau keterampilan yang bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki dan diaktualisasikan oleh setiap guru, dosen, atau instruktur dalam melakasanakan tugasnya.

2.2  Jenis-jenis Keterampilan Dasar Mengajar
1.        Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada dalam proses komunikasi, termasuk dalam komunikasi pembelajaran. Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas.
Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan pengelolaan kelas dan sekaligus pengelolaan instruksional menjadi lebih efektif. Selanjutnya dengan kemampuan mendengarkan guna dapat menarik simpati dan empati di kalangan siswa sehingga kepercayaan siswa terhadap guru meningkat yang pada akhirnya kualitas proses pembelajaran dapat lebih di tingkatkan.
Keterampilan bertanya dibedakan atas :
§  Keterampilan bertanya dasar : mempunyai beberapa komponen yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan,
§  Ketrampilan bertanya lanjut : lanjutan dari bertanya dasar yang mengutamakan usaha pengembangan kemampuan berfikir siswa.

Ø  Tujuan-tujuan dalam memberikan pertanyaan adalah:
a.       Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan.
b.      Memusatkan perhatian siswa terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
c.       Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
d.      Mengembangkan cara belajar siswa aktif.
e.       Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi.
f.       Mendorong siswa mengemukakannya dalam bidang diskusi.
g.      Menguji dan mengukur hasil belajar siswa.
h.      Untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar.

2.      Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta membina tingkah laku siswa yang produktif. Ketrampilan memberikan penguatan terdiri dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh mahasiswa calon guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan sistematis. Komponen-komponen itu adalah :
§  Penguatan verbal : diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya.
§  Dan penguatan non-verbal : terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh.
Penggunaan penguatan secara evektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan evektifitas, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif.

3.      Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah memberikan respon yang bervariasi (berbeda atau berganti-ganti). Melalui variasi stimulus ini dimaksudkan untuk menjaga agar suasana pembelajaran selalu menarik, tidak membosankan, sehingga siswa selalu menunjukkan sikap antusias, bergairah, penuh perhatian, dan selalu berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu :
1.      Variasi dalam pola interaksi pembelajaran.
2.      Variasi penggunaan media atau alat bantu pembelajaran.
3.      Variasi penggunaan metode serta gaya mengajar.

4.      Keterampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar menjelaskan dalam pembelajaran ialah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu bagian dengan lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok, merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
Pemberian penjelasan merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kegiatan seoang guru. Interaksi di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan baik oleh tenaga pendidik sendiri, oleh tenaga pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta didik. Adapun terdapat komponen-komponen keterampilan dasar mengajar menjelaskan adalah sebagai berikut:
1.      Komponen merencanakan
2.      Penyajian suatu penjelasan
3.      Pemberian tekanan
4.      Penggunaan balikkan

Ø  Tujuan Keterampilan Menjelaskan
1.      Membimbing peserta didik memahami materi yang dipelajari.
2.      Melibatkan peserta didik untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah.
3.      Memberi balikan kepada peserta didik mengenai tingkat pemahamannya, dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
4.      Membimbing peserta didik untuk menghayati dan mendapat proses penalaran, serta menggunakan bukti-bukti dalam pmecahan masalah.
5.      Menolong peserta didik untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, dan prinsip-prinsip umum secara objektif dan bernalar.

5.      Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.

Adapun tujuan membuka pelajaran antara lain, yaitu :
1)      menarik perhatian siswa;
2)      menumbuhkan motivasi belajar siswa;
3)      memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan.
Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.  Tujuan kegiatan menutup pelajaran yaitu untuk memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai hasil belajar yang telah dikuasainya. Kegiatan-kegiatan dalam menutup pelajaran misalnya : merangkum atau membuat garis besar permasalahan yang dibahas, memberikan tindak lanjut, dan lain-lain.

6.      Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.

7.      Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen ketrampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentif) berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran, dan bersifat represif keterampilan yang berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Pengelolaan kelas tidak hanya berwujud pengaturan ruangan dan tempat duduk,akan tetapi juga dalam bentuk interaksi yang baik dengan siswa, dan penciptaan hubungan guru dan siswa, dan hubungan antara siswa yang baik. Perwujudan pengelolaan kelas yang baik adalah terciptanya kondisi yang optimal untuk proses belajar-mengajar yang efektif.

8.      Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3-8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa.
Komponen keterampilan yang digunakan adalah :
§  keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi,
§  keterampilan mengorganisasi,
§  keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, dan
§  keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar

2.3  Pentingnya Keterampilan Dasar Mengajar Guru
Menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terutama Pasal 1, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sementara itu, tenaga pendidik adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan munculnya UU ini guru/dosen sudah diakui sebagai tenaga professional setara dengan profesi lain. Yang dimaksud profesional di sini adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Karena sebagai tenaga profesional, maka seorang pendidik harus mempunyai kompetensi tertentu disyaratkan. Kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh tenaga pendidik dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut UU seorang pendidik harus mempunyai empat kompetensi, yaitu pedagogis, kepribadian, sosial, dan professional. Kompetensi pedagogis adalah kemampuan seorang pendidik mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik, kompetensi sosial adalah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama pendidik, teman sejawat, dan masyarakat sekitar, sementara kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Secara eksplisit empat kompetensi ini agaknya hanya ditekankan bagi seorang guru, namun sebenarnya juga berlaku bagi seorang dosen. Bahwa siapa pun yang akan menjadi tenaga pendidik, dosen ataupun guru, seharusnya mempunyai empat kompetensi di atas.
Setiap tenaga pendidik harus mempunyai kemampuan menyampaikan materi yang dimiliki kepada peserta didik secara tepat. Untuk itu, pemahaman tentang konsep pendidikan, belajar dan psikologi orang dewasa perlu dimiliki seorang tenaga pendidik. Sebab, kita mungkin sering mendengar ada seorang tenaga pendidik yang sangat diakui keilmuannya namun ketika mengajar di kelas sama sekali tidak dipahami oleh peserta didik. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan hal ini, yaitu peserta didik yang di bawah standar atau tenaga pendidik yang tidak memahami audiens. Dalam ilmu pendidikan, kemungkinan yang kedua lebih menjadi penyebab utama. Bahwa seorang tenaga pendidik seharusnya lebih mengenal peserta didik dan tahu cara bagaimana menyampaikan materi secara tepat.
Bertolak dari kasus tersebut, sudah seharusnya seorang tenaga pendidik dan calon tenaga pendidik mempunyai kemampuan pedagogis agar apa yang disampaikan di kelas dapat dipahami oleh peserta didik yang pada akhirnya dapat mencerahkan mereka. Kemampuan pedagogis yang dimaksud di sini antara lain terkait dengan metode pembelajaran, teknik mengelola kelas, menggunakan media, teknik mengevaluasi sampai melakukan refleksi proses pembelajaran. Yang perlu kita pahami bersama adalah bahwa mengajar adalah bukan sekedar proses penyampaian atau penerusan pengetahuan. Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, yaitu penggunaan secara `integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan. Pengintegrasian keterampilan-keterampilan yang dimaksud dilandasi oleh seperangkat teori dan diarahkan oleh suatu wawasan. Sedangkan aplikasinya secara unik dalam arti secara simultan dipengarhi oleh semua komponen belajar-mengajar. Komponen yang dimaksud yaitu tujuan yang ingin dicapai, pesan yang ingin disampaikan, subjek didik, fasilitas dan lingkungan belajar, serta yang tidak pentingnya keterampilan, kebiasaan serta wawasan tentang diri dan misi seorang guru/dosen sebagai pendidik.
Kompetensi dasar mengajar dalam tulisan ini lebih dimaksudkan sebagai pengetahuan dasar pembelajaran yang perlu dipahami seorang tenaga pendidik. Sebagai sebuah kemampuan minimal, maka seorang tenaga pendidik harus mampu melakukan inovasi dan kreatifitas dalam pembelajaran. Terlebih bahwa jika yang dihadapi adalah manusia dewasa yang sudah mempunyai pengetahuan dan kemandirian berpikir meskipun masih perlu pendampingan dan mitra belajar. Untuk itu, semangat terus belajar dan menambah wawasan tentang kependidikan harus dilakukan seorang tenaga pendidik, apa pun pelajaran/matakuliah yang diampu dan apa pun latar belakang pendidikannya, termasuk tenaga pendidik yang berlatar belakang kependidikan.

2.4  Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan itu sendiri asal katanya adalah ”kelola”, ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu “management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto (1990;2) adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
Sedangkan kelas menurut Oemar Hamalik (1987:311) adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.
Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.
Dalam konteks yang demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh siapapun juga yang menerjunkan dirinya kedalam dunia pendidikan.
Sedangkan menurut Sudirman N, dalam (dkk. 1991; 310), pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas. Ditambahkan lagi oleh Hadari Nawawi (1989;115), dengan mengatakan bahwa kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
 
2.5  Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum pengelolaan kelas adalah penyedian fasilitas bagi bermacam macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dalam intelektual dalam kelas. Fasilitas yang demikian itu memungkinkan siwa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa. (Sudirman N, 1991, 311)
Suharsimi Arikunto (1988 : 68) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.
Terkait dari penjelasan diatas dalam hal pengelolaan kelas dapat pula  ditinjau dari segi interaksi komunikatif. Artinya seorang guru dituntut mampu mengatur segala kondisi apapun yang terjadi didalam kelas saat pebelajaran berlangsung agar terciptanya komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan murid, murid dengan guru sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan baik. Hal ini bertujuan untuk memudahkan sekaligus meringankan tugas guru atau wali kelas.

2.6  Peran Guru Dalam Strategi Pengeloloaan Kelas
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.
Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1.      Guru Sebagai Demonstrator
Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila ada orang tua yang memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka siswa tersebut akan menyalahkan argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru. Guru adalah acuan bagi peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku yang dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru sebagai demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya dan contoh bagi peserta didik.
2.      Guru Sebagai Pengelola Kelas
Evaluator atau menilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran karena setiap pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik kuantitatif maupun kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan, pelaksanaan, evaluasi. Tingkat pemikiran ada
beberapa tingkatan antara lain :
§  Mengetahui
§  Mengerti
§  Mengaplikasikan
§  Analisis
§  Sintesis (analisis dalam berbagai sudut)
§  Evaluasi
Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk siswa sehingga hasil nilai ini bukan hanya suatu point saja melainkan menjadi solusi untuk mencari kelemahan di pembelajaran yang sudah diajarkan. Hal -hal yang paling penting dalam melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan oleh semua aspek baik efektif, kognitif dan psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan pola hasil evaluasi dan proses evaluasi. Evalusi dilakuakan dengan berbagai proses instrument harus terbuka.
3.      Guru Sebagai Mediator Dan Fasilitator
Manager memenage kelas, tanpa kemampuan ini maka performence dan karisma guru akan menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru Sebagai Pengelola Kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai pengelola kelas : Merancang tujuan pembelajaran mengorganisasi beberapa sumber pembelajaran Memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa. Ada 2 macam dalam memotivasi belajar bisa dilakukan dengan hukuman atau dengan reaward Mengawasi segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

4.      Guru Sebagai Evaluator
Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan juga media yang akan digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk sebagai sember belajar yang harus dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa mempunyai beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-beda oleh karena itu pendidik harus pandai dalam merancang media untuk membantu siswa agar mudah memahami pelajaran. Keterampilan untuk merancang media pembelajaran adalah hal yang pokok yang harus dikuasai, sehingga pelajaran yang akan diajarkan bisa dapat diserap dengan mudah oleh peserta didik. Media pembelajaran didalam kelas sangat banyak sekali macamnya misalkan torsu, chart maket, LCD, OHP/OHT, dll.

2.7  Prinsip – Prinsip Dalam Pengelolaan Kelas
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka adalah penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsi-prinsip pengelolaan kelas, yang di uraikan berikut ini :
1.      Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.guru yang hangat dan akrab engan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas
2.      Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang
3.      Bervariasi
Penggunaan alat atau media atau alat bantu,gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik mengurangi munculnya gangguan, kevariasian dalam penggunaan apa yang dsi sebut diatas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif.
4.      Keluesan
Keluesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
5.       Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan Yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar
6.       Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu,guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya iku disiplin berdisiplin dalam segala hal.

2.8  Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179)
Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
1.      Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
2.      Pendekatan Ancaman
Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3.      Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4.      Pendekatan Resep
Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
5.      Pendekatan Pengajaran
Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6.       Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas.
Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari
7.      Pendekatan Sosio-Emosional
Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.
8.      Pendekatan Kerja Kelompok
Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan.
9.      Pendekatan Elektis atau Pluralistik
Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.

2.9  Penataan Ruang Kelas
Menciptakan suasana belajar yang menggairahkan  perlu memeperhatikan peraturan/penataan ruang kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan  belajar hendaknya memungkinkan  anak didik duduk berkelompok  dan memudahkan anak didik bergerak secara leluasa. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang diperhatikan adalah:
1.      Ukuran dan bentuk kelas
2.      Bentuk serta ukuran bangku dan meja anak didik
3.      Jumlah anak didik dalam kelas
4.      Jumlah anak didik dalam setiap kelompok
5.      Jumlah kelompok dalam kelas
6.      Komposisi anak didik dalam kelompok (seperti anak didik pandai dengan anak didik kurang pandai, pria dengan wanita).

3.0  Masalah Yang Timbul Dalam Pengelolaan Kelas
Keaneka macaman masalah perilaku siswa itu menimbulkan beberapa masalah pengelolaan kelas. Menurut made pidarta masalah-masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa adalah:
1.      Kurang kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok, klik-klik, dan pertentangan jenis kelamin.
2.      Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap, bergi kesana-kemari, dan sebagainya 
3.      Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut, bermusuhan, mengucilkan, merendahkan kelompok bodoh dan sebagainya 
4.      Kelas mentolerasi kekeliruan-kekeliruan temannya, ialah menerima dan mendorong perilaku siswa yang keliru. 
5.       Mudah mereaksi negatif atau terganggu misalnya didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah dan sebagainya 
6.       Moral rendah, permusuhan dan agresif misalnya dalam lembaga dengan alat-alat belajar kurang, kekurangan uang, dan sebagainya 
7.       Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-tugas   tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru dan sebagainya .
Kegiatan interaksi edukatif dengan pendekatan kelompok menghendaki peninjauan pada aspek perbedaan individual anak didik. Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya di tempatkan di belakang. Anak didik yang mengalami gangguan penglihatan atau pendengaran sebaiknya di tempatkan di depan kelas. Dengan begitu, mata anak didik yang minus dapat melihat tulisan di papantulis dengan cukup baik. Penempatan anak didik yang mengalami ganggung pendengaran didepan akan mempermudah si anak untuk menyimak apa yang disampaikan guru.
Pengaturan tempat duduk sebenarnya akan berhubungan dengan permasalahan siswa sebagai individu dengan perbedaan pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Tetapi di dalam perbedaan dari ketiga aspek itu ada juga terselip persamaannya, persamaan dan perbedaan dimaksud adalah:
1.      Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan (inteligensi)
2.      Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan
3.      Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar
4.      Persamaan dan perbedaan dalam bakat
5.      Persamaan dan perbedaan dalam sikap
6.      Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan
7.      Persamaan dan perbedaan dalam pengetahuan /pengalaman
8.      Persamaan dan perbedaan dalam ciri-ciri jasmaniah
9.      Persamaan dan perbedaan dalam minat
10.  Persamaan dan perbedaan dalam cita-cita
11.  Persamaan dan perbedaan dalam kebutuhan
12.  Persamaan dan perbedaan dalam kepribadian
13.  Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan tempo perkembangan
14.  Persamaan dan perbedaan dalam latar belakang lingkungan
Berbagai persamaan dan perbedaan kepribadian siswa diatas, berguna dalam membantu usaha pengaturan kelas. Terutaman berhubungan dengan masalah bagaimana pola pengelompokan siswa guna menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan kreatif, sehingga kegiatan belajar yang penuh kesenangan dan bergairah dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama.


BAB III
PENUTUP
 
3.1  Kesimpulan
Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) adalah kemampuan atau keterampilan yang khusus (most spesifis instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh guru, dosen, atau instruktur agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan professional.
Sebagai seorang pendidik atau guru harus memiliki keterampilan dasar mengajar, di mana keterampilan dasar mengajar itu, adalah :
1.      Keterampilan Bertanya
2.      Keterampilan Memberi Penguatan
3.      Keterampilan Mengadakan variasi
4.      Keterampilan Menjelaskan
5.      Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
6.      Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
7.      Keterampilan Mengelola Kelas
8.      Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Dan juga pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1.      Pengertian pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.
2.      Tujuan Pengelolaan Kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dalam intelektual dalam kelas.
3.      Peran guru dalam strategi pengelolaan kelas adalah :  Guru sebagai Demostrator, guru sebagai Evaluator, Guru sebagai Pengelola Kelas, Guru sebagai Fasilitator.
4.      Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas adalah Hangat dan Antusias, Tantangan, Bervariasi, Keluesan, Penekanan pada hal-hal yang positif, Penanaman disiplin diri.
5.      Pendekatan – pendekatan dalam pengelolaan kelas terdiri dari :  Pendekatan kekuasan, Pendekatan Ancaman, Pendekatan kebebasan,  Pendekatan Resep, Pendekatan Pengajaran, Pendekatan Perubahan Tingkah laku, Pendekatan sosio Emosional, Pendekatan Kerja kelompok, Pendekatan Elektis atau pluralistik.
6.      Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang diperhatikan adalah : Ukuran dan bentuk kelas, Bentuk serta ukuran bangku dan meja anak didik, Jumlah anak didik dalam kelas, Jumlah anak didik dalam setiap kelompok, Jumlah kelompok dalam kelas.
7.      Masalah Dalam Pengelolaan Kelas adalah: Kurang kesatuan, Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, Kelas mentolerasi kekeliruan-kekeliruan temannya, Mudah mereaksi negatif atau terganggu misalnya didatangi monitor, Moral rendah, permusuhan, Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah.

3.2  Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan para pembaca khususnya mahasiswa calon pendidik mampu menguasai keterampilan–keetrampilan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Kami menyadari akan kekurangan dalam makalah ini, maka pembaca dapat menggali kembali sumber-sumber lainnya, untuk menyempurnakannya. Jadi kami harapkan kritik yang membangun dari anda sekalian, untuk kami lebih bisa baik dan sempurna lagi dalam  pembuatan makalah ini selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

§  Sukirman, Dadang. 2010. Keterampilan Dasar Mengajar. \Pasca sarjana UPI\Strategi pembelajaran fisika\BAHAN\06 Keterampilan Dasar Guru\makalah ket das mengajar
§  Wati, Widya. 2010. Keterampilan Dasar Guru, \Pasca sarjana UNP\Strategi pembelajaran\Katerampilan Dasar Guru
§  Anonim. 2010. Delapan Kompetensi Dasar Mengajar. \BAHAN\06 Keterampilan Dasar Guru\Delapan Kompetensi Dasar Mengajar.html
§  Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Cv. Rajawali, Jakarta, 1991.
§  Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar I, Jakarta :Rineka Cipta, 2002.
§  Syaiful Bahri Djamarah,Guru dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta,2002.
§  Tutut Sholehah, Strategi Pembelajaran yang Efektif, Jakarta : Citra Grafika Desian, 2008.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar