Cool Blue Outer Glow Pointer

Sabtu, 28 Mei 2016

kelompok 8 ( belajar dan pembelajaran )

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat serta hidayahNya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas tentang “Model Mengajar dalam Pembelajaran”
Dalam makalah ini di jelaskan penjelasan dari bagaimana model model mengajar yang baik dalam pembelajaran sehingga lebih efektif dan efisien . Materi ini sangat perlu diketahui bagi kita terutama yang bergelut dibidang administrasi pendidikan dimana sekarang ini sangat dibutuhkan keterampilan, sikap dan pngetahuan yang baik seorang guru dalam proses pembelajaran.
Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Ucapan terima kasih kami ucapkan yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Sekian dan terima kasih


Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik secara terprogram agar peserta didik mampu belajar secara aktif. Proses pembelajaran dilakukan untuk mengembangkan kreativitas peserta didik. Problematika yang dihadapi oleh pendidik dalam proses pembelajaran masih berkisar pada penggunaan metode lama yang sudah ketinggalan. Proses pembelajaran masih menempatkan peserta didik sebagai obyek pendidikan, padahal proses pembelajaran harus mengacu pada student centered (berpusat pada peserta didik). Untuk mengatasi problematika yang dihadapi dalam pembelajaran, terdapat beberapa model pembelajaran, di antaranya model pembelajaran alam sekitar, model pembelajaran sekolah, model individual, dan model klasikal. Model pembelajaran tersebut pada dasarnya dapat diterapkan sesuai situasi, kondisi, materi, dan bahan pelajaran yang diajarkan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif, jika mampu memberikan pengalaman baru kepada peserta didik, membentuk kompetensi peserta didik serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal.
Model mengajar yang tidak efektif menjadi penghambat kelancaran proses pembelajaran, sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu, model yang diterapkan oleh seorang pendidik akan berdaya guna dan berhasil guna jika mampu dipergunakan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks. Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang pendidik untuk membelajarkan peserta didiknya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.11 Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang pendidik dan peserta didik yang terjalin komunikasi yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam proses pendidikan, model yang tepat guna mengandung nilai intrinsik
dan ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai merealisasikan nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan. Antara model, kurikulum dan tujuan pendidikan mengandung relevansi dan operasional dalam proses pendidikan. Proses pendidikan mengandung makna internalisasi dan transformasi nilai nilai ke dalam pribadi manusia dalam upaya membentuk pribadi muslim yang beriman, bertakwa dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Seorang pendidik sangat berperan dalam perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Seorang pendidik dituntut untuk mampu membangkitkan kreativitas peserta didik.
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara opti mal tanpa bantuan pendidik. Dalam kaitan ini pendidik perlu memerhatikan peserta didik secara individual, karena antara peserta dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar.

B.     RumusanMasalah
1.      Apa yang di maksud model mengajar ?
2.      Apa definisi dari pembelajaran ?
3.      Bagaimana model mengajar yang baik dalam pembelajaran ?
4.      Apa saja problematika yang dihadapi saat mengajar ?
5.      Bagaimana cara mengatasi kesulitan dalam mengajar ?



C.     Tujuan
1.      Mengetahui definisi dari model mengajar.
2.      Memahami definisi dari pembelajaran.
3.      Mengetahui bagaimana model mengajar yang baik dalam proses pembelajaran
4.      Memahami apa saja problematika yang dihadapi saat mengajar
5.      Mengetahui cara mengatasi kesulitan dalam mengajar.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Model Mengajar dan Pembelajaran
Model Mengajar
Model diartikan sebagai pola dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model dapat dipahami sebagai suatu tipe atau desain suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses suatu visualisasi yang tidak dapat dengan langsung diamati; suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja; dan penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya. Jadi, model dirancang untuk mewakili yang sesungguhnya, walaupun model itu sendiri. Sedangkan mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada peserta didik.
Dalam pengertian yang luas, mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi dan mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan peserta didik, sehingga terjadi proses pembelajaran. Mengajar juga diartikan sebagai kegiatan pembinaan yang terkait dengan ranah kognitif dan psikomotorik. Jadi, mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsung proses pembelajaran. Mengajar sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan pembelajaran bagi peserta didik. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa sehingga membantu perkembangan peserta didik secara optimal baik fisik maupun mental. Unsur terpenting dalam mengajar ialah merangsang serta mengarahkan peserta didik belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar mendorong peserta didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap, ide, dan apresiasi yang mengarah kepada perubahan tingkah laku dan perkembangan peserta didik.

Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks sebagai integrasi dari berbagai kompetensi pendidik secara utuh dan menyeluruh. Keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran adalah keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membina diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Seorang pendidik yang profesional harus mampu melaksanakan pengajaran dari awal sampai akhir proses pembelajaran dengan baik. Cara mengajar pendidik yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi peserta didik untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolok ukur bagi peserta diidik telah belajar dengan baik ialah apabila peserta didik dapat mempelajari apa yang seharusnya dipelajari, sehingga indicator hasil belajar yang diinginkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa model mengajar adalah kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu serta berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para pendidik dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model mengajar tidak hanya memiliki makna deskriptif dan kekinian, akan tetapi juga bermakna prospektif dan berorientasi ke masa depan.
Pembelajaran
Pembelajaran diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan pembelajaran artinya proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran terjemahan dari kata “instruction” yang terdiri dari self instruction (dari dalam internal) dan eksternal instruction (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat internal antara lain datang dari pendidik yang disebut teaching atau pengajaran. Pembelajaran yang bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya menjadi prinsip pembelajaran. Pembelajaran sebagai suatu sistem instruksional diartikan sebagai perangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan.
Pembelajaran secara sederhana diartikan sebagai sebuah usaha memengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran berbeda dengan mengajar yang pada prinsipnya menggambarkan aktivitas pendidik, sedangkan pembelajaran menggambarkan aktivitas peserta didik. Menurut Dimyati dan Mudjiono, pembelajaran adalah kegiatan pendidik secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat peserta didik belajar aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Kokom Komalasari memberikan pengertian pembelajaran sebagai berikut: Suatu sistem atau proses menjelaskan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. Kegiatan ini meliputi unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling memengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Unsur manusiawi ini meliputi peserta didik, pendidik dan tenaga lainnya
Dari beberapa pengertian di atas, yang dimaksud dengan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang melibatkan pendidik, peserta didik dan komponen lainnya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan pendidik dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif dan ditunjang oleh berbagai unsur lainnya untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Pembelajaran dapat berhasil jika ada feed back atau balikan yang baik antara pendidik dengan peserta didik. Pendidik harus berusaha sebaik mungkin agar peserta didik dapat membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir dan memahami yang dipelajari, sehingga membentuk suatu perubahan pada diri peserta didik sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing. Jika sudah terjadi feed back antara pendidik dan peserta didik, diharapkan tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai. Pada hakikatnya pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik secara terprogram agar peserta didik mampu belajar secara aktif. Proses pembelajaran dilakukan untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik.

Darsono mengemukakan ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut:
a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis;
b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi peserta didik dalam
    belajar;
c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang
    bagi peserta didik;
d. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik;
e. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan
    bagi peserta didik;
f. Pembelajaran dapat membuat peserta didik siap menerima pelajaran, baik secara
   fisik maupun psikologis.

Adapun prinsip-prinsip pembelajaran adalah prinsip motivasi, prinsip individualitas, prinsip orientasi pada tujuan, prinsip pemusatan perhatian, prinsip latar belakang, prinsip keterpaduan atau globalisasi, prinsip korelasi dan konsentrasi, prinsip aktivitas dan pemecahan masalah, prinsip kebebasan, prinsip kemudahan dan kegembiraan. Prinsip  pembelajaran tidak berdiri sendiri, tetapi berhubungan satu sama lain, berinteraksi dalam proses dan kegiatan pembelajaran. Pendidik dan peserta didik seharusnya menguasai atau mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran. Bukan hanya sebatas mengetahui dan menguasainya, tetapi memiliki kemampuan dalam pelaksanaan proses dan kegiatan pembelajaran. Sebagai suatu sistem, pembelajaran meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan, peserta didik, pendidik, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar semua komponen terjadi kerjasama, karena itu pendidik tidak hanya memerhatikan komponenkomponen tertentu saja, tetapi ia harus memerhatikan dan mempertimbangkan komponen secara keseluruhan. Tinjauan tentang Model Mengajar dalam Pembelajaran Problematika dan Kasus dalam Proses Pembelajaran Pengalaman di antara para pendidik dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa ada beberapa sekolah, model mengajarnya membuat para peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran tidak fokus dan nyaman. Ada pendidik yang menyuruh peserta didik mencatat bahan pelajaran yang sudah dalam buku atau menceritakan hal-hal yang tidak perlu. Sering pula ditemukan waktu interaksi antara pendidik dan peserta didik tidak dimanfaatkan dengan baik. Pendidik terkadang suka memaksakan kehendaknya kepada peserta didik sesuai dengan keinginannya. Ada juga pendidik untuk memudahkan tugasnya meminta salah seorang peserta didik untuk mencatat di papan tulis dan kegiatan-kegiatan lainnya yang kurang perlu. Sedangkan pendidik yang bersangkutan istirahat di ruang guru atau duduk di kelas dengan kegiatannya sendiri yang tidak berkaitan dengan proses pembelajaran. Model mengajar seperti kasus yang dikemukakan sebelumnya tentu saja  dipandang tidak mendidik. Peserta didik seharusnya belajar dan berpikir tanpa tekanan, tetapi ia harus mendapatkan bimbingan dan arahan dari pendidik yang menganut prinsip kemerdekaan berpikir dan mengemukakan pendapat. Dilihat dari segi pemanfaatan sumber daya, seringkali sarana dan prasarana proses pembelajaran di kelas, laboratorium, perpustakaan, dan di tempat praktek kerja belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal pemanfaatan dan pengembangan sumber belajar harus dioptimalkan. Salah satu fungsi proses pembelajaran adalah menyiapkan tenaga kerja terdidik, terampil dan terlatih serta sebagai sarana untuk menyiapkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, pengembangan sumber belajar merupakan faktor yang menentukan dalam peningkatan kualitas pendidikan. Sekolah harus menyiapkan dan mengembangkan sumber belajar, seperti tersedianya ruang praktikum/laboratorium dan perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar. Sekolah yang berkualitas adalah sekolah yang mampu mengelola dan mengembangkan sumber belajar secara optimal. Problematika yang lain adalah masih adanya kepala sekolah tidak memanfaatkan kesempatan yang ada untuk melakukan evaluasi tentang program pembelajaran. Kepala sekolah tersebut terkesan membiarkan para pendidik menggunakan model mengajar yang monoton atau bersifat rutin belaka, sehingga kepala sekolah tidak mengetahui mana yang harus diperbaiki dan mana yang harus dikembangkan dalam program pembelajaran. Seharusnya kepala sekolah memotivasi para pendidik menggunakan model mengajar yang dapat memberi jaminan bahwa pembelajaran dilakukan atas dasar prinsip-prinsip pedagogik. Dukungan kepala sekolah ini diujudkan dalam bentuk menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk program pembelajaran.

B.     Kategori Model Mengajar dalam Pembelajaran
Dalam model mengajar ada empat kategori yang penting diperhatikan oleh seorang pendidik, yaitu:

 1. Model Pemrosesan Informasi (Information Processing Models).
Model ini menjelaskan cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep, dan rencana pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal. Model ini memberikan kepada peserta didik sejumlah konsep, pembuktian hipotesis, dan memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Model pengelolaan informasi ini secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai usia dalam mempelajari individu dan masyarakat. Karena itu, model ini potensial untuk digunakan dalam mencapai tujuan yang berdimensi personal dan sosial di samping yang berdimensi intelektual.

2. Model Personal (Personal Family)
Model personal merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan pada proses mengembangkan kepribadian individu peserta didik dengan memerhatikan kehidupan emosional. Proses pendidikan diusahakan untuk memungkinkan seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul tanggung jawab, dan kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik.Model ini memusatkan perhatian pada pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif, sehingga manusia semakin sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya.

3. Model Sosial (Social Family)
Model sosial menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan peserta didik agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha membangun sikap peserta didik yang kreatif, bertanggung jawab, dan demokratis dengan menghargai setiap perbedaan dalam realitas sosial. Inti dari model sosial ini adalah konsep “synergy” yaitu energi atau tenaga (kekuatan) yang terhimpun melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan masyarakat. Dengan menerapkan model sosial pembelajaran diarahkan pada upaya melibatkan peserta didik dalam menghayati, menerapkan, dan menerima fungsi dan peran sosial. Model sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing peserta didik mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan mengembangkan serta mengetes hipotesis. Oleh karena itu, pendidik sebaiknya mengorganisasikan belajar melalui kerja kelompok dan mengarahkannya.

4. Model Sistem Perilaku dalam Pembelajaran (Behavioral Model of Teaching)
Model ini dibangun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku. Melalui teori ini peserta didik dibimbing untuk memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku ke dalam jumlah yang kecil dan berurutan.
Keempat kategori model mengajar tersebut telah dikembangkan dan diuji keberlakuannya oleh para pakar pendidikan. Keempat kategori ini termasuk ke dalam pengajaran sebagai sistem, memiliki ciri-ciri dan prinsip yang sama. Perbedaannya adalah terletak pada penggunaan perangkat keras atau alat-alat teknologi yang digunakan dalam mengimplementasikannya. Model Mengajar dalam Pembelajaran Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran sebagaimana telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, diperlukan model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan pendidik melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik.

Model mengajar dalam pembelajaran itu antara lain adalah:
Model Pembelajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan peserta didik dengan alam sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar. Perintis gerakan ini antara lain adalah Fr. Finger (1808-1888) di Jerman dengan “heimatkunde” (pengajaran alam sekitar), dan J. Ligthart (1859-1916) di Belanda dengan “Het Volle Leven” (kehidupan senyatanya).38 Beberapa prinsip gerakan “heitmakunde” adalah sebagai berikut:

a. Dengan pengajaran alam sekitar itu, guru dapat memeragakan secara langsung sesuai     dengan sifat-sifat dan dasar-dasar pengajaran;
b. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar peserta didik aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar, catat saja;
c. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalias, yaitu suatu bentuk dengan ciri-ciri:
(1) suatu pengajaran yang tidak mengenai pembagian mata pengajaran dalam daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan,
(2) suatu pengajaran yang menarik minat, karena segala sesuatu dipusatkan atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan diambilkan dari alam sekitarnya, dan
(3) suatu pengajaran yang memungkinkan segala bahan pengajaran itu berhubung- hubungan satu sama lain seerat-eratnya secara teratur;
d. Pengajaran alam sekitar memberi kepada peserta didik bahan apersepsi intelektual yang kukuh dan tidak verbalitas;
e. Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karena alam sekitar mempunyai ikatan emosional dengan peserta didik.
Alam sekitar tidak berbeda untuk anak-anak maupun orang dewasa, segala kejadian di alam sekitarnya merupakan sebagian dari hidupnya sendiri dalam sukamaupun duka seperti kelahiran, kematian, pesta, panen, gotong-royong, dan sebagainya. Alam sekitar sebagai fundamen pendidikan dan pengajaran memberikan dasar emosional, sehingga peserta didik menaruh perhatian yang spontan terhadap segala sesuatu yang diberikan kepadanya. J. Ligthart (1859-1916) mengemukakan pegangan dalam “Het Volle Leven” yaitu:
(1) Peserta didik harus mengetahui barangnya terlebih dahulu sebelum mendengar namanya, (2) Pengajaran harus mendasarkan pada pelajaran selanjutnya atau mata pelajaran yang lain harus dipusatkan atas pengajaran itu, dan
(3) Haruslah diadakan perjalanan memasuki hidup senyatanya ke semua jurusan, agar peserta didik memahami hubungan antara berb9agai macam lapangan dalam hidupnya.

Pokok-pokok pendapat pengajaran alam tersebut telah banyak dilakukan di sekolah, baik dengan peragaan, penggunaan bahan lokal dalam pengajaran dan lain lain. Mengacu pada konsep pendidikan alam sekitar, beberapa tahun terakhir ini telah ditetapkan adanya materi pelajaran muatan lokal dalam kurikulum, termasuk penggunaan alam sekitar. Dengan kurikulum muatan lokal tersebut diharapkan peserta didik semakin dekat dengan alam sekitar dan masyarakat lingkungannya. Di samping alam sekitar sebagai isi bahan ajar, alam sekitar juga menjadi kajian empiric melalui percobaan, studi banding, dan sebagainya. Dengan memanfaatkan sumbersumber dari alam sekitar dalam kegiatan pembelajaran, dimungkinkan peserta didik akan lebih menghargai, mencintai, dan melestarikan lingkungan alam sekitar sebagai sumber kehidupannya.

Model Pembelajaran Sekolah Kerja

Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan- pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. Tokoh pendidikan sekolah kerja ini adalah G. Kerschensteiner (1854-1932) dengan konsep “Arbeitschule” (Sekolah Kerja) di Jerman. Sekolah kerja bertolak dari pandangan bahwa pendidikan tidak hanya demi kepentingan individu, tetapi juga demi kepentingan masyarakat. Dengan kata lain sekolah berkewajiban menyiapkan Negara yang baik yakni:
(a) tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan;
(b) tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara; dan
(c) dalam menunaikan kedua tugas tersebut harus diusahakan kesempurnaannya, agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut berbuat sesuai dengan kesusilaan serta menjaga keselamatan negara.
Tujuan sekolah kerja ini menurut G. Kerschensteiner sebagai pencetus sekolah kerja adalah sebagai berikut:
a. Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku atau orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri;
b. Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu;
c. Agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi negara.

G. Kerschensteiner berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan anak-anak untuk dapat bekerja. Bekerja di sini bukan pekerjaan otak yang dipentingkan, melainkan pekerjaan tangan.
Di Indonesia sekolah kerja dikenal dengan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik untuk siap bekerja atau menggunakan keterampilan yang diperoleh setelah tamat dari sekolah tersebut. Peranan sekolah kejuruan merupakan tulang punggung penyiapan tenaga terampil yang diperlukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Bagi para generasi muda Indonesia, pendidikan keterampilan itu sangat diperlukan terlebih bagi setiap orang yang akan memasuki lapangan kerja atau menciptakan lapangan kerja.

Model Pembelajaran Individual

Sejak lama diketahui adanya perbedaan berbagai individu, termasuk dalam gaya belajar peserta didik. Peserta didik memproduksi sendiri pengetahuan secara teliti, lebih teliti, dan lebih dalam terhadap konsep pembelajaran. Pembelajaran secara individual tampak pada perilaku atau kegiatan pendidik dalam mengajar yang menitikberatkan pada pemberian bantuan dan bimbingan belajar kepada tiap-tiap peserta didik secara individual. Susunan tujuan belajar yang didesain untuk belajar mandiri harus disesuaikan dengan karakteristik individual dan kebutuhan tiap peserta didik. Bentuk-bentuk belajar mandiri antara lain adalah self intruction (semacam modul), independent study, individualized prescribed instruction, dan self pacet learning. Untuk tujuan belajar meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotorik lebih banyak ditempuh belajar mandiri. Pada pembelajaran secara individual, pendidik memberikan bantuan belajar kepada tiap-tiap pribadi peserta didik sesuai mata pelajaran yang diajarkan oleh pendidik yang bersangkutan. Perilaku pembelajaran individual ini pendidik akan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada tiaptiap individu peserta didik untuk dapat belajar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Peserta didik tiap-tiap memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Artinya, setiap individu memiliki paket belajar secara individual yang sesuai dengan tujuan belajarnya secara individual juga. Dalam pembelajaran secara individual, masing-masing peserta didik menyusun program belajar-nya sendiri, peserta didik mempunyai keleluasaan belajar berdasarkan kemampuannya sendiri, mempunyai kedudukan yang bersifat sentral, yang menjadi pusat pelayanan dalam pembelajaran. Posisi pendidik dalam model pembelajaran individual adalah membantu peserta didik membelajarkan peserta didik, membantu merencanakan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan kemampuan dan daya dukung yang dimiliki peserta didik. Pendidik membicarakan kepada peserta didik mengenai pelaksanaan belajarnya, mengemukakan kriteria keberhasilan belajar, dan menentukan alokasi waktu maupun kondisi belajar yang tepat bagi peserta didik secara individual. Peran pendidik selanjutnya adalah sebagai penasehat atau pembimbing belajar, membantu peserta didik untuk mengadakan penilaian belajar dan kemajuan yang telah dicapainya. Pendidik mengorganisasikan kegiatan belajar yaitu mengatur dan memonitor kegiatan belajar peserta didik sejak awal sampai akhir sesuai schedule yang disepakati. Model pelayanan belajar secara individual ini menggunakan pendekatan yang terbuka antara pendidik dan peserta didik, yang bertujuan menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi hubungan yang harmonis antara pendidik dengan peserta didik dalam belajar.

Model Pembelajaran Klasikal

Group presentation adalah kegiatan penyampaian pelajaran kepada sejumlah peserta didik, yang biasanya dilakukan oleh pendidik dengan berceramah di kelas. Pembelajaran klasikal mencerminkan kemampuan utama pendidik, karena pembelajaran klasikal ini merupakan kegiatan pembelajaran yang tergolong efisien. Pembelajaran secara klasikal ini memberi arti bahwa seorang pendidik melakukan dua kegiatan sekaligus yaitu mengelola kelas dan mengelola pembelajaran. Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan pembelajaran secara baik dan menyenangkan yang dilakukan di dalam kelas diikuti sejumlah peserta didik yang dibimbng oleh seorang pendidik. Pendidik dituntut kemampuannya menggunakan teknik penguatan dalam pembelajaran agar ketertiban belajar dapat diwujudkan. Pengajaran klasikal dirasa lebih sesuai dengan kurikulum yang sama, yang dinilai melalui ujian yang sama pula. Buku pelajaran yang diterbitkan oleh pemerintah untuk digunakan oleh peserta didik juga sama bagi semua tingkatan pendidikan. Buku paket tersebut dapat dipadukan dengan buku lain yang sama materinya. Itu pun berlaku bagi pendidik kreatif dalam mengembangkan materi pelajaran dengan tidak hanya menggunakan satu buku paket untuk satu mata pelajaran. Belajar secara klasikal cenderung menempatkan peserta didik dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan pelajaran. Upaya mengaktifkan peserta didik dapat menggunakan metode tanya jawab, diskusi, demonstrasi, dan lain-lain yang sesuai
dengan materi pelajaran dan latar belakang kemampuan peserta didik. Model ini memiliki karakteristik yang memberikan suasana belajar individual dan kelompok serta pencapaian keterampilan sosial. Model ini juga dapat digunakan untuk mencapai tujuan yang bersifat akademis.
Problematika dalam mengajar dan cara mengatasinya
v  Kurangnya pengetahuan dari seorang guru. Dimana pada saat akan dilakukan proses pembelajaran, tenaga pendidik tidak melakukan persiapan sebelumnya. Yakni guru juga harus  mengetahui lebih dalam materi yang akan diajarkan. Agar bila terdapat siswa yang kurang paham terhadap materi bahan ajar . guru dapat dengan lancar menjelaskan materi tersebut. Oleh karena itu diperlukan pendalaman materi
v  Sikap seorang guru justru harus mencerminkan sikap bagaimana dalam proses pembelajaran,. Karena siswa akan meniru sikap dan tingkah laku dari seorang pengajarnya.
v  Keterampilan seorang guru Juga harus diperhatikan. Sehingga dengan keterampilan yang baik , maka akan menghasilkan pembelajaran yang PAIKEM. Yakni Pembelajarn Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
               Berdasarkan pembahasan makalah tentang model mengajar dalam pembahasan, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Model mengajar merupakan kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu serta berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para pendidik dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model mengajar tidak hanya memiliki makna deskriptif dan kekinian, akan tetapi juga bermakna perspektif dan berorientasi ke masa depan.
2. Problematika yang dihadapi oleh pendidik dalam proses pembelajaran masih berkisar pada penggunaan metode lama yang seharusnya tidak dipakai lagi. Proses pembelajaran yang masih menempatkan peserta didik sebagai obyek pendidikan. Padahal proses pembelajaran harus mengacu pada student centered (berpusat pada peserta didik).
3. Untuk mengatasi problematika yang dihadapi dalam mengajar, ada beberapa model mengajar dalam pembelajaran, di antaranya model pembelajaran alam sekitar, model pembelajaran sekolah, model individual, dan model klasikal. Model mengajar dalam pembelajaran tersebut pada dasarnya dapat diterapkan sesuai situasi, kondisi, materi, dan bahan pelajaran yang diajarkan dalam proses pembelajaran tersebut.

B.     Saran
·         Dalam melakukan presentasi makalah, sebaiknya sumber yang digunakan bukan hanya  dari internet. Tetapi juga dari buku atau media lainnya.
·         Pada proses Tanya jawab, sebaiknya disertai dengan penjelasan yang lebih lanjut agar dapat lebih dipahami.

DAFTAR PUSTAKA
·         Aziz, M. Farid, 2001, Belajar Sendiri Pemrograman PHP 4. PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
·         Hartono, Jogiyanto, 1989, Analisis & Disain Sistem Informasi: Pendekatan
Terstruktur Teori dan Praktek model mengajar.Andi Offset, Yogyakarta.
·         Herlambang, Soendoro, dan Haryanto Tanuwijaya, 2005, metode pembelajaran dan cara mengajar. Graha Ilmu, Yogyakarta.
·         Kadir, Abdul, 2002, problematika pembelajaran. Andi Offset, Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar