Cool Blue Outer Glow Pointer

Selasa, 31 Mei 2016

kelompok 6 ( belajar dan pembelajaran )

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sukses bertumpu pada dua hal yaitu kemampuan dan kemauan. Sukses belajar misalnya sangat tergantung pada ketrampilan belajar yang dimiliki  dan seberapa kuat ia maumenggunakannya. Tingkat kemauan (atau motivasi) orang berbeda-beda. karena alasan (motif) yang berkait dengan kebutuhan untuk kegiatan yang sama, dapat berbeda-beda.Motivasi memang berhubungan upaya memenuhi kebutuhan. Makin besar kebutuhan makin besar pula dorongan dalam diri seseorang untuk mau melakukan sesuatu. Karena itu peran motivasi untuk menunjang keberhasilan sangat penting.  Masalahnya, bagaimana cara memotivasi diri sendiri dan juga orang lain?
Berbagai pelatihan, kuliah, seminar, workshop, ditujukan terutama untuk keperluan peningkatan kemampuan. Namun, tidak  otomatis,  bahwa kemampuan  tinggi membawa kemauan yang besar. Banyak faktor memberi pengaruh pada beser-kecilnya motivasi. Kemampuan tinggi dari para karyawan, jadi tidak bermakna bila mereka tidak mau bekerja giat untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Pertanyaan penting yang terlintas di benak kami. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan  kemauan (motivasi) orang lain, dan terutama untuk  diri sendiri?  Inti  mempimpin adalah memotivasi. Memang, tantangan  bagi pimpinan adalah bagaimana memotivasi anggotanya.

B. Rumusan Masalah
A.  Apa pengertian motivasi ?                       
B.  Apa  saja jenis-jenis motivasi ?
C.  Teknik-teknik motivasi apa saja dalam proses pembelajaran ?
D.  Bagaimana peranan guru dalam motivasi belajar siswa ?
E.   Apa fungsi motivasi ?
F.   Bagaimana strategi motivasi ?           

C.  Tujuan
A.  Mengethaui pengertian motivasi.              
B.  Mengetahui jenis-jenis motivasi.
C.  Mengetahui teknik-teknik motivasi apa saja dalam proses pembelajaran.
D.  Mengetahui peranan guru dalam motivasi belajar siswa.
E.   Mengetahui fungsi motivasi.
F.   Mengetahui strategi motivasi.


BAB II
              PEMBAHASAN

A.    Pengertian Motivasi Belajar
       Kata motivasi, menurut kata akarnya, berasal dari kata latin “movere”, lalu menjadi “to move, motion” dalam Bahasa Inggris (luthas, 1973) dengan makna “pindah, bergerak; dorongan untuk bergerak” .jadi kata motivasi dalam hal ini mengandung makna daya gerak, daya dorong atau penyebab seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan .
       Pendapat di atas memperjelas bahwa motivasi merupakan penggerak utama dari setiap perilaku atau perbuatan manusia, termasuk tentunya perbuatan  belajar. Dengan demikian dalam proses belajar di perlukan adanya motivasi.

B.     Jenis-jenis Motivasi Belajar
Motivasi belajar tersebut pada garis besarnya di bedakan menjadi atas:
1.      Motivasi intrinsic yaitu motivasi belajar yang berasal atau timbul dalam dari dalam diri individu sendiri. Didalamnya termasuk antara lain:
a.       Perasaaan ingin tahu tentang sesuatu, seperti keinginan untuk mengetahui isi suatu buku menyebabkan yang bersangkutan membaca, keinginan untuk mengetahui informasi menyebabkan seseorang bertanya kepada sumber informasi ataukah menyelidiki informasi tersebut.
b.      Berbagai jenis ambisi pribadi, seperti : ambisi untuk menduduki jabatan tertentu menyebabkan individu melakukan berbagai jenis perbuatan untuk mencapai ambisinya tersebut , misalnya :menjilat atasan , menyogok , berprestasi dan sebagainya.
c.       Berbagai jenis kondisi belajar intern yang telah di miliki individu, seperti  :
-Kematangan Belajar
Seseorang yang telah matang belajar lebih mudah belajar di bandingkan  dengan yang belum matang.
-Belajar untuk belajar
Hasil belajar yang telah di peroleh sebelumnya menjadi modal yang mempengaruhi proses belajar selanjutnya.
-Kemampuan belajar
Seseorang yang memiliki kemampuan belajar tinggi memungkinkan ia dapat belajar lebih baik di bandingkan dengan seseorang yang kemampuannya belajarnya lebih rendah.
-Kumpulan persepsi dan pengertian dasar
Makin banyak kita mempunyai pengalaman dan persepsi tentang sesuatu memungkinkan kita lebih mudah belajar .
2.      Motivasi ekstrinsik yakni motivasi yang berasal dari luar diri individu.
Jenis motivasi ekstrinsik di antaranya ialah:
a.       Berbagai jenis kondisi belajar ekstern, seperti:
1.      Penguatan  (reinforcement)
Penguatan merupakan unsur penting yang menyebabkan individu belajar. Kita mengenal berbagai cara atau bentuk penguatan di antaranya penghargaan , pujian, hadiah, hukuman,.Dalam rangka proses belajar-mengajar di sekolah, penguatan ini dapat di berikan sebelum atau sesudah kegiatan belajar berlangsung. Contoh : sebelum belajar guru menjanjikan hadiah bagi murid yang memperoleh prestasi tertinggi , pada waktu murid tertentu menyelesaikan suatu soal atau tugas dengan baik guru memberikan pujian sebaliknya guru memberikan teguran kepada murid yang mengerjakan salah dan sebaliknya.
2.      Kontiguitas
Sebagai unsur yang mempengaruhi belajar, kontiguitas berarti peristiwa belajar yang terjadi secara hampir serentak antara stimulus (rangsangan) dengan respon (jawaban). Misalnya guru memperlihatkan sebatang pensil (sebagai rangsangan) dan murid-murid secara serempak menyebut kata pensil (sebagai respon).
3.      Latihan
Yang di maksud dengan latihan dalam hal ini adalah mengulang respon (jawaban) sewaktu adanya stimulus (rangsangan). Mengulangi hubungan stimulus-respon maksudnya membuat apa yang kita pelajari sedemikian rupa sehingga dapat bertahan lebih lama.
b.      Mempersiapkan siswa untuk menerima informasi baru atau menerima pelajaran.
Dilihat dari segi guru,mengajar pada hakikatnya bukan hanya berarti bahwa guru memberikan pelajaran atau menyampaikan sejumlah informasi baru, tetapi adalah menciptakan kondisi yang memungkinkan murid-murid untuk belajar atau menerima informasi baru tersebut. Untuk keperluan tersebut siswa perlu di siapkan dalam hal-hal sebagai berikut :
-Diusahakan adanya gairah dan iklim yang memungkinkan siswa atau kelompok untuk berinisiatif dan segera memulai belajar. Bagi guru yang sangat “dekat” atau “akrab “ dengan siswa usaha ini sangat mudah di wujudkan.
-Membantu siswa mengemukakan dan memperjelas tujuan-tujuan yang ingin di capai. Tujuan ini dapat berbeda-beda ataukah seragam untuk semua murid.
-Memberikan kebebasan yang wajar bagi setiap siswa untuk mencapai tujuan-tujuannya ataukah menyelesaikan tugas-tugas tertentu.
-Mengorganisir sebaik-baiknya sumber-sumber belajar agar sesuai dan bermanfaat bagi setiap siswa.
-Mengusahakan adanya kesesuaian atau hubungan antara apa yang di pelajari dengan kebutuhan siswa disamping itu jangan mengubah kebulatan (integritas) pribadi siswa.
-Menyiapkan tugas-tugas yang menantang.
-Menimbulkan situasi persaingan yang sehat antara murid baik intern kelas maupun antar kelas.
-Menilai kebersihan siswa dalam belajar.
-Mengontrol disiplin kelas, dan sebagainya.

C.    Teknik-Teknik Motivasi dalam proses Belajar
Dalam upaya membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, terdapat sejumlah teknik yang dapat di lakukan oleh guru. Teknik-teknik tersebut menurut Rochman Natawidjaja (1991/1992) adalah sebagai berikut :
1. Pernyataan penghargaan secara verbal.pernyataan verbal terhadap perilaku yang baik atau hasil yang baik merupakan cara paling mudah yang sangat efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa menuju kepada hasil belajar yang baik.
2. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan. pengetahuan atas hasil pekerjaan merupakan suatu cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Diatas telah di kemukakan bahwa apabila siswa tahu akan hasil belajar yang baik , hal itu akan meningkatkan motif siswa tersebut untuk lebih giat belajar. Kadang-kadang pengetahuan hasil belajar yang tidak baik pun dapat meningkatkan motif belajar siswa, asalkan pengetahuan tentang hasil yang kurang baik atau kegagalan belajarnya itu dapat mencambuk dia untuk belajar lebih baik lagi.
3. Menimbulkan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu merupakan daya untuk meningkatkan motif belajar siswa. Rasa ingin tahu ini dapat ditimbulkan oleh suasana mengejutkan, keragu-raguan, ketidaktentuan, adanya kontradiksi, menghadapi masalah yang sulit di pecahkan, menemui suatu hal yang baru, menghadapi teka-teki. Hal-hal tersebut di atas dapat menimbulkan semacam konflik konseptual yang membuat siswa merasa penasaran, yang dengan sendirinya menyebabkan siswa tersebut berupaya keras untuk memecahkannya. Dalam upaya yang keras itulah motif belajar siswa bertambah besar.
4. Memunculkan sesuatu yang tidak di duga oleh siswa. Dalam upaya inipun guru sebenarnya bermaksud untuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa.
5. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa. Hal ini akan memberikan semacam hadiah bagi siswa pada tahap pertama belajar yang memungkinkan siswa bersemangat untuk belajar selanjutnya.
6. Menggunakan materi yang di kenal siswa sebagai contoh dalam belajar. Sesuatu yang telah di kenal siswa dapat diterima dan diingat lebih mudah. Jadi gunakanlah hal-hal yang telah diketahui siswa itu sebagai wahana untuk menjelaskan sesuatu yang baru atau belum di pahami siswa.  Misalnya, apabila anda hendak menjelaskan tentang sesuatu tentang singa atau harimau, gunakanlah contoh tentang kucing. Sesuatu yang telah di kenal itu dapat menjadi penata pendahulu (advance organizer) bagi sesuatu yang baru atau belum dipahami siswa.
7. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah di pahami. Sesuatu yang unik , tak terduga, dan aneh akan lebih dikenang  oleh siswa daripada sesuatu yang biasa-biasa saja. Misalnya untuk menjelaskan prinsip penyediaan (supply) dan kebutuhan (demand) dalam ekonomi, gunakan penerapan tentang harga ganja. Kalau anda membangun minat siswa terhadap sesuatu yang belum dikenal, maka gunakanlah contoh-contoh yang telah dikenal (teknik tersebut dalam butir 6). Tetapi apabila anda ingin menjelaskan penerapan konsep atau prinsip yang telah dipelajari siswa, gunakanlah sesuatu yang unik, tak terduga, yaitu untuk mengikat keterlibatan siswa secara senambung dalam kegiatan belajar selanjutnya.
8. Menurut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan jalan ini, selain siswa belajar dengan menggunakan hal-hal yang telah dikenalnya, juga dia dapat menguatkan pemahaman atau pengetahuannya tentang hal-hal yang telah dipelajarinya itu.
9. Menggunakan simulasi dan permainan. Simulasi merupakan upaya untuk menerapkan sesuatu yang dipelajari atau sesuatu yang sedang dipelajari melalui tindakan langsung. Baik simulasi maupun permainan merupakan proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang sangat     menarik itu menyebabkan proses belajar itu menjadi bermakna secara efektif atau emosional bagi siswa. Sesuatu yang bermakna akan lestari diingat, dipahami, atau dihargai.
10. Memberi kesempataan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya didepan umum. Hal ini akan menimbulkan rasa bangga dan   dihargai oleh umum. Pada gilirannya suasana ini akan meningkatkan motif belajar siswa.
11. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dari keterlibatan siswa   dalam kegiatan belajar. Hal-hal positif dari keterlibatan siswa dalam belajar hendaknya ditekan, sedangkan hal hal yang berdampak negative seyoginya dikurangi. Dampak negatif itu antara lain mencakup: 
  • Kehilangan kepercayaan diri misalnya karena tidak diketahui orang dia tidak dapat memecahkan suatu masalah.
  • Ketidaknyamanan jasmani, seperti duduk terlalu lama.
  • Kecewa karena tidak memperoleh keuntungan
  • Orang lain tidak dapat memahami apa yang dimaksudnya
  • Disuruh menghentikan pekerjaan pada saat dia sedang sangat tertarik dengan pekerjaannya itu.
  • Mengikuti ujian mengenai materi yang belum pernah diajarkan.
  • Mencoba mempelajari materi pelajaran yang terlalu sulit untuk tingkat kemampuan pada saat ini.
12. Memahami iklim sosial dalam sekolah. Pemahaman iklim dan suasana sekolah merupakan pendorong untuk kemudahan berbuat bagi siswa di sekolahnya itu. Dengan pemahaman itu, dia akan mampu memperoleh bantuan yang tepat untuk sesuatu kesulitan. 
13. Memanfaatkan kewibawaan guru secara cepat. Guru seyogianya memahami secara tepat bila mana dia harus menggunakan berbagai manifestasi kewibawaannya kepada siswa untuk meningkatkan motif belajarnya. Jenis-jenis pemanfaatan kewibawaan itu antara lain adalah : dalam memberi ganjaran, dalam pengendalian perilaku siswa, kewibawaan berdasarkan hukum, kewibawaan sebagai rujukan, dan kewibawaan karena keahlian
14. Memperpadukan motif-motif yang kuat. Seseorang siswa giat belajar mungkin karena latar belakang motif berprestasi yang kuat. Dia dapat pula belajar karena ingin menonjolkan diri dan ingin mendapat penghargaan, atau karena dorongan ingin memperoleh kekuatan. Apabila motif-motif kuat seperti itu diperpadukan, maka siswa tersebut akan memperoleh penguatan motif yang jamak, dan kemauan untuk belajar bertambah besar, sampai mencapai keberhasilan yang tinggi. 
15. Memperjelas tujuan yang hendak dicapai. Di atas telah dikemukakan bahwa seseorang akan berbuat lebih baik dan berhasil apabila dia memahami apa yang harus dikerjakannya, apa yang dicapai dengan perbuatannya itu. Makin jelas tujuan yang dicapai itu, maka terarahlah upaya untuk mencapainya. 
16. Merumuskan tujuan-tujuan sementara. Tujuan belajar dapat merupakan yang sangat luas dan jauh untuk dicapai supaya upaya mencapai tujuan itu lebih terarah, maka tujuan-tujuan belajar yang umum itu seyogianya dipilih menjadi tujuan-tujuan sementara yang lebih jelas dan lebih mudah dicapai. 
17. Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai. Dalam belajar hal ini dapat dilakukan dengan selalu memberitahukan nilai ujian atau nilai pekerjaan rumah. Dengan mengetahui hasil yang telah dicapai, maka motif belajar siswa akan lebih kuat, baik itu karena ingin mempertahankan hasil belajar yang telah baik, maupun untuk memperbaiki hasil belajar yang kurang memuaskan
18. Membuat suasana persaingan yang sehat diantara para siswa. Suasana ini akan memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengukur kemampuan dirinya melalui kemampuan orang lain. Lain daripada itu belajar dengan bersaing akan menimbulkan upaya belajar yang bersungguh-sungguh. Disini digunakan pula prinsip keinginan individu untuk selalu lebih baik dari orang lain.  
19. Mengembangkan persaingan dengan diri sendiri. Persaingan semacam ini dapat dilakukan dengan memberikan tugas dalam berbagai kegiatan yang harus dilakukan sendiri. Dengan demikian, siswa akan dapat membandingkan keberhasilannya dalam melakukan berbagai tugas itu. Pada gilirannya siswa akan menggunakan cara yang telah memberikan keberhasilan paling tinggi. 
20. Memberikan contoh yang positif. Banyak guru yang memiliki kebiasaan untuk membebankan pekerjaan para siswa tanpa control. Biasanya ia memberikan suatu tugas kepada kelas, dan guru meninggalkan kelas itu untuk melaksanakan pekerjaan lain. Keadaan ini tidak baik. Untuk menggiatkan belajar siswa guru tidak cukup dengan cara memberikan tugas saja melainkan harus dilakukan pengawasan dan pembimbingan yang memadai selama siswa mengajarkan tugas kelas itu. Selain itu, dalam mengontrol dan membimbing siswa mengajarkan tugas, guru seyogianya memberikan contoh yang baik, baik dalam cara kerja maupun cara berkomunikasi dengan siswa.

                      D. Peranan Guru dalam Motivasi Belajar Siswa
                   Dalam upaya meningkatkan motif belajar siswa, guru mempunyai peranan yang sangat besar, antara lain adalah:
1.      Mengenal setiap siswa yang diajarnya secara pribadi. Dengan mengenal setiap siswa secara pribadi maka guru akan mampu memperlakukan setiap siswa secara tepat. Dengan demikian, maka upaya peningkatan motif belajar siswa dapat dilakukannya secara tepat pula. Meskipun dia berhadapan dengan sekelompok siswa dalam kelas, apabila guru mengenal setiap siswanya secara pribadi, dia akan mampu pula memperlakukan setiap siswa dalam kelompok secara berbeda sesuai dengan keadaan dan kemampuan serta kesulitan dan kekuatan yang dimiliki oleh setiap siswanya itu.
2.      Memperlihatkan interaksi yang menyenangkan. Interaksi yang menyenangkan ini akan menimbulkan suasana aman dalam kelas. Para siswa bebas dari ketakutan akan melakukan perbuatan yang “tidak berkenan” Bagi gurunya. Interaksi yang menyenangkan ini dapat membuat sarana sehat dalam kelas. Suasana yang menyenangkan dan sehat itu akan menimbulkan suasana yang mendukung untuk terjadinya belajar. Dengan demikian, motif belajar siswa menjadi lebih baik.
3.      Menguasai berbagai metode dan tekhnikmengajar dan menggunakan secara tepat. Penguasaan berbagai metode dan tekhnik mengajar dan penerapannya secara tepat membuat guru mampu mengubah-ubah cara mengajarnya sesuai dengan suasana kelas sebagai akibat dari kebosanan siswa akan suasana yang tidak berubah itu. Guru dapat mengembalikan gairah belajar anak, antaranya dengan mengubah metode atau tekhnik mengajar pada waktu suasana bosan itu mulai muncul.
4.      Menjaga suasana kelas supaya para siswa terhindar dari konflik dan frustasi. Suasana konflik dan frustasi di kelas menimbulkan gairah belajar siswa menurun. Perhatian mereka tidak lagi terhadap kegiatan belajar, melainkan kepada upaya menghilangkan konflik dan frustasi itu. Energy mereka habis untuk memecahkan konflik dan frustasi, sehingga mereka tidak dapat belajar. Apabila guru dapat menjaga suasana kelas dan meniadakan konflik dan frustasi itu, maka konsentrasi siswa secara penuh akan dapat kembalikan kepada kegiatan belajar. Konsentrasi penuh terhadap belajar itu dapat meningkatkan motif belajar anak dan pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar.
5.      Memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuan. Sebagai kelanjutan dari pemahaman siswa secara pribadi, guru dapat memperlakukan setiap siswa secara tepat sesuai dengan hal-hal yang diketahuinya dari setiap siswa itu.
         Dengan penerapan-penerapan seperti di atas, maka guru akan mampu menempatkan diri dalam lingkungan siswa secara tepat. Pada gilirannya dia akan mampu pula menggunakan tekhnik motivasi secara tepat, baik dalam suasana kelompok maupun suasana individual.

E .Fungsi Motivasi
         Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang malas berpartisipasi dalam belajar. Sedikit pun tidak bergerak hatinya untuk mengikuti pelajaran dengan cara mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Sementara anak didik yang lain aktif berpartisipasi dalam kegiatan.
Fungsi motivasi dalam belajar akan diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut:
  • Motivasi sebagai pendorong perbuatan
            Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Oleh karena itu, motivasi mempunyai fungsi sebagai pendorong perbuatan siswa.
  • Motivasi sebagai penggerak perbuatan
            Dorongan psikologis yang melahirkan sikap siswa merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik yang berfungsi sebagai penggerak perbuatan siswa. Sikap berada dalam kepastian perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana, prinsip, dan hukum. Sehingga mengerti betul isi yang dikandungnya. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat berfungsi sebagai penggerak perbuatan.
  • Motivasi sebagai pengarah perbuatan
            Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang harus diabaikan. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi pada anak didik dalam belajar. Segala sesuatu yang menggangu pikirannya dan dapat membuyarkan konsentrasinya diusahakan disingkirkan jauh-jauh. Itulah peranan motivasi yang dapat mengarahkan perbuatan anak didik dalam belajar.
F. Strategi Memotivasi Siswa

Menurut Pupuh Fathurrohman dan M. Sorby Sutikno (2010)  bahwa motivasi dapat dibagi dua. Pertama motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri peserta didik tanpa ada paksaan dari dorongan orang lain. Kedua motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari luar peserta didik. Hal ini bisa timbul karena ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain (pendidik) sehingga dengan keadaan tersebut peserta didik mau melakukan sesuatu atau belajar. Pendapat tersebut menegaskan bahwa dalam pembelajaran motivasi ektrinsik sangat dibutuhkan oleh peserta didik, seperti hadiah (reward), kompetensi sehat antarpeserta didik, pemberian nasehat, dan pemberian hukuman (funishment). Adanya motivasi dari luar sebagaidorungan untuk diri peserta didik merupakan sebuah kemutlakan harus dilkukan guru jika menginginkan peserta didiknya mencapai keberhasilan dalam pembelajaran. Lain halnya dengan peserta didik yang memiliki motivasi intrinsik karena mereka dengan kesadaran sendiri ingin belajar dan memperhatikan penjelasan guru dalam pembelajaran, karena keingintahuannya dalam pembelajaran tinggi sehingga sulit terpengaruh oleh gangguan yang ada di sekitarnya. Dalam kegiatan belajar, motivasi peserta didik adalah salah satu tolak ukur menetukan keberhasilan dalam pembelajaran. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Tidak adanya aktivitas belajar tentu akan berdampak terhadap tujuan pembelajaran. Apabila tujuan pembelajaran tidak tercapai, mencerminkan kegagalan yang dilakukan pendidik. Untuk itu, pendidik perlu menciptakan strategi yang tepat dalam memotivasi belajar peserta didik.
Motivasi belajar yang dimiliki peserta didik berfungsi sebagai alat pendorong terjadinya prilaku belajar peserta didik, alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, dan alat untuk membangun sistem pembelajaran yang bermakna. Oemar Hamalik (2002) secara umum menyebutkan tiga fungsi motivasi, yaitu:
1.      Mendorong manusia untuk berbuat (sebagai penggerak) yang merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan.
2.      Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3.       Menyeleksi perbuatan, yakni menetukan perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa motivasi berfungsi sebagai pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak prilaku seseorang untuk mencapai suatu tujuan.         Begitu juga halnya dalam pencapaian tujuan pembelajaran, guru merupakan faktor yang penting untuk mengusahakan terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan cara dan strategi yang tepat untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Strategi menumbuhkan motivasi belajar peserta didik sangat ditentukan oleh perencanaan yang dibuat guru dalam pembelajaran. Dengan strategi motivasi yang tepat akan mampu memberikan kesuksesan dalam pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan Wina Sanjaya (2006), bahwa strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Pupuh Fathurohman dan M. Sobry Suntikno (2010) menyatakan ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, yaitu:
a.       Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik
Permulaan belajar mengajar, terlebih dahulu seorang guru menjelaskan tentang tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran kepada siswa. Makin jelas tujuan yang akan dicapai peserta didik maka makin besar juga motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar.
b.      Memberikan hadiah (reward)
Memberikan hadiah kepada peserta didik yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat peserta didik untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, peserta didik yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar peserta didik yang berprestasi.
c.        Memunculkan saingan atau kompetensi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
d.      Memberikan pujian
Memberikan pujian atau penghargaan kepada peserta didik yang berprestasi sudah sepantasnya dilakukan oleh guru yang bersifat membangun.
e.       Memberikan hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar peserta didik tersebut mau mengubah diri dan beruaha memacu motivasi belajarnya.
f.       Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar
Kegiatan yang dilakukan guru adalah memberikan perhatian maksimal kepada peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
g.       Membentuk kebiasaan belajar yang baik
Guru menanamkan pembiasaan belajar yang baik dengan disiplin yang terarah sehingga peserta didik dapat belajar dengan suasana yang kondusif.
h.      Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun komunal (kelompok)
i.         Menggunakan metode yang bervariasi
            Pembelajaran metode konvensional harus sudah ditinggalkan guru karena peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dibutuhkan metode yang tepat/bervariasi dalam memberdayakan kompetensi peserta didik.
j.        Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Penggunaan media yang tepat sangat membantu dan memotivasi peserta didik dalam memaknai pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Adanya media yang tepat akan mampu memediasi peserta didik yang memiliki kemampuan indera yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicaranya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indera yang dimiliki tiap peserta didik dapat dikurangi dan dapat memberikan stimulus terhadap indera peserta didik.
Adanya strategi di atas, menuntut kesiapan guru sebagai perancang pembelajaran untuk mampu mengimplementasikannya dalam kegiatan proses belajar mengajar. Guru harus mampu meninggalkan kebiasaan-kebiasaan pembelajaran yang dimonopoli oleh guru itu sendiri (teacher sentre) . Karena guru dalam melaksanakan peranya sebagai pendidik, pengajar pemimpin, administrator, harus mampu melayani peserta didik yang dilandasi kesadaran (awarreness), keyakinan (belief), kedisiplinan (discipline) dan tanggung jawab (responsibility) secara optimal sehingga memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan peserta didik secara optimal baik fisik maupun phisikis.
Perkembangan peserta didik secara optimal akan terlihat bagaiman sang guru mampu menumbuhkan motivasi pada diri peserta didik dalam pembelajaran. Guru yang tidak mampu menumbuhkan motivasi peserta didik berarti sang guru kurang memahami strategi yang tepat dalam pembelajaran.


Bab III
Penutup

A.      Kesimpulan
      Menurut, pembahasan materi dalam makalah kami, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan keinginan pada diri seseorang untuk menjadi individu yang lebih baik. Lebih lanjut dikatakan bahwa motivasi yang ada pada diri seseorang akan mewujudkan sesuatu perilaku yang di arahkan pada tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan.
      Motivasi berfungsi untuk sebagai pendorong untuk berbuat sesuatu disetiap aktifitas yang dilakukan, penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang ingin dicapai, menyeleksi perbuatan, pendorong usaha untuk mencapai prestasi. Motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitu motivasi positif, artinya melalui pemberian hadiah bagi yang berprestasi, diharapkan mereka akan dapat lebih berprestasi dan motivasi negatif yaitu dengan memberi  hukuman bagi yang bersalah, tentunya agar mereka tidak mengulangi kesalahan.
Pemberian hukuman, memang  efektif untuk mencegah  kesalahan. Namun, sikap untuk tidak berbuat salah, tidak otomatis meningkatkan gairah bekerja atau dapat meningkatkan motivasi untuk menjadi lebih baik.  Karena itu, umumnya kedua jenis motivasi ini digunakan dalam porsi dan waktu yang tepat. Tujuannya adalah meningkatkan pemahaman diri. Referensi yang kami ketahui berdasarkan pendapat Rogers mendasarkanteori dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh manusia. Selain pendapat Rogers, kami juga memperoleh referensi dari Maslowyang menjelaskan bahwa kebutuhan manusia bertingkat, mulai dari kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi pada bagian bawah piramid dan kebutuhan manusia meningkat terus ke atas apabila jenis kebutuhan yang dasar sudah terpenuhi.
 Mulai dari kebutuhan yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis, kemudian berlanjut ke kebutuhan akan keamanan dan kebutuhan puncak, yaitu aktualisasi diri (self-actualization). Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri seseorang. Teori insentif menjelaskan motivasi dalam kaitannya dengan stimuli atau penghargaan eksternal. Berbeda dengan dorongan atau teori pengurangan penggerak, para psikolog telah mengajukan teori insentif karena stimulus eksternal dianggap menarik seseorang untuk beberapa tujuan.

B. Saran
1.      Dalam pembelajaran, diperlukan adanya motivasi.
2.      Diharapkan pembaca dapat termotivasi dengan meningaktkan proses pembelajaran.
3.      Untuk meraih hasil belajar yang maksimal, siwa harus mempunyai motivasi untuk belajar, baik motivasi yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri maupun yang dari luar, seperti lingkungan.
4.      Pendidik harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
5.      Diperlukannya usaha-usaha yang dapat membangkitkan motivasi belajar khususnya dari pihak orang tua, pendidik maupun dari pihak sekolah untuk meningkatkan hasil belajar anak.
6.       Disarankan supaya guru meningkatkan motivasi belajar menggunakan metode demonstrasi.
7.      Disarankan agar guru mampu mengembangkan atau melatih siswa agar lebih terampil.
8.      Diharapkan hasil makalah ini dapat berperan dalam proses belajar-mengajar dimasa mendatang sehingga suasana belajar menjadi lebih menyenangkan dan dapat memotivasi siswa untuk terus belajar.
9.      Disarankan dapat lebih fokus dalam memotivasi belajar anak sehingga hasil belajar dapat melibatkan aspek moral dan aspek emosional.
10.  Sebaiknya pendidik ataupun sebagai konselor memahami peran motivasi dalam belajar, supaya dapat memberikan motivasi terhadap peserta didik sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan hasil yang optimal.



DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Rita L, at.al,(1983).Introduction to Psychology, New York : Harcourt Brace,
                Jovanovich, Inc

De Cecco, John P.& William Craoford, (1974). The Psychology of Learning and
                Instruction, New Delhi : Prentice Hall of India Private Limited

Dimyati dan Mudjiono, (1994). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Depdkbud bekerja
                sama dengan Rineka Cipta

Ngalim Purwanto, (1987). Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Karya, C.V.

Rochman Natawidjaja dan Muin Moesa (1991). Psikologi Pendidikan, Jakarta : Proyek
                Pembinaan Tenaga Kependidikan, Direktorat Tenaga Kependidikan Tinggi,
                Depdikbud

Hurlock, E.B, (1957). Defelopment Psychology, New York : MeGraw Hill Book
                Company

Luthans, Fred, (1973). Organizational Behavior, A Modera Behavioral Approach to          Management, New York : McGraw Hill Book Company




Tidak ada komentar:

Posting Komentar