BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan mengajar, selain
ditentukan oleh faktor kemampuan, motivasi, dan keaktifan peserta didik dalam
belajar dan kelengkapan fasilitas atau lingkungan belajar, juga akan tergantung
pada kemampuan guru dalam mengembangkan berbagai keterampilan mengajar.
Keterampilan-keterampilan ini sudah sepantasnya dikuasai guru.
Keterampilan mengajar bagi
seorang guru sangat penting kalau ia ingin menjadi seorang guru yang profesional, disamping
dia harus menguasai substansi bidang studi yang diajarkan, keterampilan dasar
mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan guru
dalam proses belajar mengajar.
Pada kenyataannya dewasa ini
banyak para guru yang mengajar dengan pola tradisional dan mengabaikan
keterampilan-keterampilan yang sangat mendasar ini. Keterampilan dasar mengajar
ini adalah merupakan panduan pengajaran mikro dengan menggunakan perangkat
Sydney Micro Skills (1973).
Keterampilan-keterampilan
mengajar yang dimaksudkan itu paling tidak meliputi keterampilan menjelaskan,
keterampilan bertanya, keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberi
penguatan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mengajar
kelompok kecil dan perorangan, keterampilan mengelola kelas, dan keterampilan
memimpin diskusi kelompok kecil.
Adapun Masalah pokok yang dihadapi guru dalam pelaksanaan proses belajar
mengajar, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas.
Aspek yang paling sering didiskusikan oleh penulis profesional dan oleh para
pengajar adalah pengelolaan kelas. Mengapa demikian? Pengelolaan kelas
merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat
mencapai tujuan pengajaran yang efisien Dengan demikian pengelolaan kelas yang
efektif adalah syarat bagi pengajaran yang efektif. Tugas utama dan paling
sulit bagi guru adalah pengelolaan kelas, lebih-lebih tidak ada satu pun
pendekatan yang dikatakan paling baik.
Adapun Masalah pokok yang dihadapi
guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, baik pemula maupun yang sudah
berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang paling sering didiskusikan
oleh penulis profesional dan oleh para pengajar adalah pengelolaan kelas.
Mengapa demikian? Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang
kompleks, dan guru menggunakannya untuk meciptakan dan mempertahankan kondisi
kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran yang
efisien Dengan demikian pengelolaan kelas yang efektif adalah syarat bagi
pengajaran yang efektif. Tugas utama dan paling sulit bagi guru adalah
pengelolaan kelas, lebih-lebih tidak ada satu pun pendekatan yang dikatakan paling
baik, untuk lebih jelasnya kami akan memaparkan di dalam Pembahasan di bawah.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini terdapat
beberapa rumusan masalah yang akan kami bahas yaitu:
a)
Apakah pengertian dari
keterampilan dasar mengajar ?
b)
Apa sajakah jenis-jenis
keterampilan dasar mengajar yang dimiliki seorang guru?
c)
Mengapa keterampilan dasar
mengajar itu penting bagi seorang guru ?
d)
Apa itu Pengertian Pengelolaan
kelas?
e)
Apa Tujuan Pengelolaan Kelas?
f)
Apa peran guru dalam strategi
pengelolaan kelas?
g)
Apa Saja Prinsip-prinsip Pengelolaan
Kelas ?
h)
Apa Saja Pendekatan-Pendekatan
dalam pengelolaan kelas ?
i)
Bagaimana Penataan ruang kelas?
j)
Apa Yang Menjadi Masalah dalam
pengelolaan kelas ?
1.3 Tujuan
§
Untuk mengetahui pengertian
dari keterampilan dasar mengajar.
§
Untuk mengetahui jenis-jenis
keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki seorang guru.
§
Untuk mengetahui pentingnya
keterampilan dasar mengajar bagi seorang guru.
§
Untuk mengetahui apa itu pengelolaan
dan tujuan pengelolaan kelas.
§
Apa peran guru dan bagaimana
strategi dalam pengelolaan kelas.
§
Pendekatan-pendekatan seperti
apa yang dilakukan dalam pengelolaan
kelas.
§
Serta mengetahui penataan ruang dan
masalah-masalah yang terdapat dalam kelas.
1.4 Manfaat
Diharapkan setelah membaca
makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan calon guru sehingga dapat menambah pengetahuan mengenai pengertian
ketrampilan dasar mengajar, Jenis-jenis keterampilan dasar mengajar, pentingnya
keterampilan dasar mengajar bagi seorang guru serta dapat membina dan
mengembangkan ketrampilan-ketrampilan tertentu mahasiswa dan calon guru dalam mengajar. Serta pengelolaan kelas dengan
interaksi komunikatif siswa .
1.5 Metode Penulisan
Metode Kajian Pustaka, yaitu
mencari berbagai informasi dari internet dan sumber lainnya yang mendukung
pembuatan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Keterampilan Dasar
Mengajar
Istilah mengajar sering
digandengkan dengan belajar, sehingga sudah menjadi satu kalimat majemuk
“kegiatan belajar mengajar” (KBM),
proses belajar mengajar (PBM) dan untuk menyebutkan kedua istilah
tersebut, saat ini disatukan dengan “pembelajaran”. Dengan demikian jika
disebut “pembelajaran” itu berarti menunjukkan proses kegiatan yang melibatkan
2 unsur yaitu belajar dan mengajar.
Mengajar merupakan kegiatan
atau aktifitas yang dilakukan oleh guru, dosen, atau instruktur dalam mengatur
dan mengelolah lingkungan belajar untuk mendorong aktivitas belajar siswa atau
pelajar. Sedangkan belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa atau pelajar
merespon lingkungan belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Fokus
pembahasan dalam tulisan ini di arahkan pada unsur mengajar, kalaupun ada unsur
belajar dibahas semata hanya untuk mempertegas dan memperjelas pembahasan
mengajar itu sendiri.
Mengajar (teaching) memiliki banyak pengertian, mulai dari pengertian yang
sudah lama (tradisional) sampai pada
pengertian yang terbaru (kontemporer).
Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses menyampaikan informasi atau
pengetahuan dari guru, dosen, atau
instruktur kepada siswa. Merujuk pada pengertian mengajar tersebut, inti dari
mengajar adalah proses menyampaikan (transfer) atau memindahkan. Memang dalam
mengajar ada unsur menyampaikan atau transfer dari guru, dosen, atau instruktur
kepada siswa. Akan tetapi pengertian memindahkan tersebut bukan seperti seorang
memindahkan air minum dari satu cangkir ke cangkir yang lain. Air yang
dipindahkan dari satu cangkir ke cangkir yang lain volumenya akan tetap sama
bahkan karena mungkin terjadi proses penguapan, maka volume air yang
dipindahkan itu akan semakin berkurang (menyusut) dari keadaan sebelumnya. Oleh
karena itu mengajar yang diartikan proses menyampaikan (transfer), maknanya
adalah “menyebarluaskan/memperkaya” pengalaman belajar siswa sehingga dapat
mengembangkan potensi siswa secara maksimal.
Makna lain dari pengertian
mengajar sebagai proses menyampaikan, selain upaya menyebarluaskan dan
memperkaya pengalaman belajar siswa ialah menanamkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Menanamkan satu pohon mangga, maka kemudian akan menghasilkan
beberapa cabang dan ranting dan dari situlah keluar mangga yang banyak. Dari
ilustraasi tersebut bahwa mengajar sebagai proses transfer adalah menanamkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan, sehingga potensi berfikir (pengetahuan),
sikap, keterampilan, kebiasaan dan kecakapan yang dimiliki siswa akan
berkembang secara optimal.
Perkembangan berikutnya
pengertian mengajar, yang kini banyak dianut yaitu suatu proses mengatur dan
mengelola lingkungan belajar agar berinteraksi dengan siswa untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Inti pengertian mengajar (tradisonal maupun kontemporer)
keduanya sama yaitu untuk mengubah perilaku siswa, yakni dimiliki dan
terkembangkannya pengetahuan/wawasan berfikir, sikap, kebiasaan, dan
keterampilan/kecakapan atau yang lebih populer perubahan berkenaan dengan:
pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perbedaanya terletak pada proses upaya
merubah tingkah laku tersebut. Pandangan lama melalui proses menyampaikan
(transfer) yang kadang-kadang sering diartikan sempit, hanya terbatas sebagai
proses menyampaikan atau memindahkan pengetahuan dan keterampilan saja,
sedangkan pada pengertian yang baru, bahwa perubahan perilaku tersebut
dilakukan dengan cara “mengelola lingkungan pembelajaran agar berinteraksi
dengan siswa”.
Dalam mengajar ada dua
kemampuan pokok yang harus dikuasai oleh guru, dosen, atau instruktur, yaitu:
1) menguasai materi atau bahan
ajar yang diajarkan (what to teach),
2) menguasai metodelogi atau
cara untuk membelajarkannya (how to teach).
Keterampilan dasar mengajar termasuk kedalam aspek nomor 2, yaitu cara
membelajarkan siswa. Keterampilan dasar mengajar mutlak harus dimiliki dan
dikuasai oleh setiap guru, dosen, atau instruktur, karena mengajar bukan
sekedar proses menyampaikan pengetahuan saja, akan tetapi menyangkut aspek yang
lebih luas seperti: pembinaan sikap, emosional, karakter, kebiasaan, dan
nilai-nilai.
Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) adalah kemampuan atau
keterampilan yang khusus (most spesifis
instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh guru, dosen, atau
instruktur agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan
professional. Dengan demikan
keterampilan dasar mengajar berkenaan dengan beberapa kemampuan atau
keterampilan yang bersifat mendasar dan melekat harus dimiliki dan
diaktualisasikan oleh setiap guru, dosen, atau instruktur dalam melakasanakan
tugasnya.
2.2 Jenis-jenis Keterampilan Dasar
Mengajar
1. Keterampilan Bertanya
Bertanya merupakan suatu unsur yang selalu ada
dalam proses komunikasi, termasuk dalam komunikasi pembelajaran. Keterampilan
bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari
keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas.
Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses
berpikir di kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan
proses belajar di kalangan siswa. Dengan demikian, guru dapat mengembangkan
pengelolaan kelas dan sekaligus pengelolaan instruksional menjadi lebih
efektif. Selanjutnya dengan kemampuan mendengarkan guna dapat menarik simpati
dan empati di kalangan siswa sehingga kepercayaan siswa terhadap guru meningkat
yang pada akhirnya kualitas proses pembelajaran dapat lebih di tingkatkan.
Keterampilan bertanya dibedakan atas :
§
Keterampilan bertanya dasar :
mempunyai beberapa komponen yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis
pertanyaan,
§
Ketrampilan bertanya lanjut :
lanjutan dari bertanya dasar yang mengutamakan usaha pengembangan kemampuan
berfikir siswa.
Ø Tujuan-tujuan
dalam memberikan pertanyaan adalah:
a.
Membangkitkan minat dan rasa
ingin tahu siswa terhadap suatu pokok bahasan.
b.
Memusatkan perhatian siswa
terhadap suatu pokok bahasan atau konsep.
c.
Mendiagnosis
kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
d.
Mengembangkan cara belajar
siswa aktif.
e.
Memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengasimilasikan informasi.
f.
Mendorong siswa
mengemukakannya dalam bidang diskusi.
g.
Menguji dan mengukur hasil
belajar siswa.
h.
Untuk mengetahui keberhasilan
guru dalam mengajar.
2.
Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan (reinforcement)
adalah segala bentuk respon, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang
merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa,
yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu
dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah
laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku
tersebut.
Penggunaan penguatan dalam kelas dapat mencapai
atau mempunyai pengaruh sikap positif terhadap proses belajar siswa dan
bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, merangsang dan
meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegiatan belajar serta membina
tingkah laku siswa yang produktif. Ketrampilan memberikan penguatan terdiri
dari beberapa komponen yang perlu dipahami dan dikuasai penggunaannya oleh
mahasiswa calon guru agar dapat memberikan penguatan secara bijaksana dan
sistematis. Komponen-komponen itu adalah :
§
Penguatan verbal : diungkapkan
dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya.
§
Dan penguatan non-verbal :
terdiri dari penguatan berupa mimik dan gerakan badan, penguatan dengan cara
mendekati, penguatan dengan sentuhan (contact),
penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda
dan penguatan tak penuh.
Penggunaan penguatan secara evektif harus
memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan evektifitas, kebermaknaan, dan
menghindari penggunaan respons yang negatif.
3.
Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi stimulus adalah memberikan respon yang
bervariasi (berbeda atau berganti-ganti). Melalui variasi stimulus ini
dimaksudkan untuk menjaga agar suasana pembelajaran selalu menarik, tidak
membosankan, sehingga siswa selalu menunjukkan sikap antusias, bergairah, penuh
perhatian, dan selalu berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan pembelajaran.
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan
dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau
komponen, yaitu :
1.
Variasi dalam pola interaksi pembelajaran.
2.
Variasi penggunaan media atau alat bantu pembelajaran.
3.
Variasi penggunaan metode serta gaya mengajar.
4. Keterampilan Menjelaskan
Yang dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar
menjelaskan dalam pembelajaran ialah keterampilan menyajikan informasi secara
lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan
antara satu bagian dengan lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi
dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi
yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok, merupakan
ciri utama kegiatan menjelaskan.
Pemberian penjelasan merupakan suatu aspek yang
sangat penting dalam kegiatan seoang guru. Interaksi di dalam kelas cenderung
dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan baik oleh tenaga pendidik sendiri, oleh
tenaga pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta didik. Adapun terdapat
komponen-komponen keterampilan dasar mengajar menjelaskan adalah sebagai
berikut:
1.
Komponen merencanakan
2.
Penyajian suatu penjelasan
3.
Pemberian tekanan
4.
Penggunaan balikkan
Ø Tujuan
Keterampilan Menjelaskan
1. Membimbing
peserta didik memahami materi yang dipelajari.
2. Melibatkan
peserta didik untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah.
3. Memberi
balikan kepada peserta didik mengenai tingkat pemahamannya, dan untuk mengatasi
kesalahpahaman mereka.
4. Membimbing
peserta didik untuk menghayati dan mendapat proses penalaran, serta menggunakan
bukti-bukti dalam pmecahan masalah.
5. Menolong
peserta didik untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, dan prinsip-prinsip
umum secara objektif dan bernalar.
5.
Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Yang dimaksud dengan membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan
yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan
prakondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan
dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif
terhadap kegiatan belajar.
Adapun tujuan membuka pelajaran antara lain,
yaitu :
1) menarik
perhatian siswa;
2) menumbuhkan
motivasi belajar siswa;
3) memberikan
acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan.
Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan
oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Tujuan kegiatan menutup pelajaran yaitu untuk
memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai hasil belajar yang telah
dikuasainya. Kegiatan-kegiatan dalam menutup pelajaran misalnya : merangkum
atau membuat garis besar permasalahan yang dibahas, memberikan tindak lanjut,
dan lain-lain.
6.
Keterampilan Memimpin Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang
teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan,
atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan
siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses
yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih
bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan
kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya
ketrampilan berbahasa.
7.
Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya
bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dalam melaksanakan
keterampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen ketrampilan yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat prefentif) berkaitan dengan
kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran, dan
bersifat represif keterampilan yang berkaitan dengan respons guru terhadap
gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan
tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.
Tujuan umum pengelolaan kelas adalah menyediakan
dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan
mengajar agar mencapai hasil yang baik. Tujuan khususnya adalah mengembangkan
kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan
kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu
siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Pengelolaan kelas tidak hanya berwujud
pengaturan ruangan dan tempat duduk,akan tetapi juga dalam bentuk interaksi
yang baik dengan siswa, dan penciptaan hubungan guru dan siswa, dan hubungan
antara siswa yang baik. Perwujudan pengelolaan kelas yang baik adalah
terciptanya kondisi yang optimal untuk proses belajar-mengajar yang efektif.
8.
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah
berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3-8 orang untuk kelompok kecil, dan
seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan
memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya
hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa.
Komponen keterampilan yang
digunakan adalah :
§
keterampilan mengadakan
pendekatan secara pribadi,
§
keterampilan mengorganisasi,
§
keterampilan membimbing dan
memudahkan belajar, dan
§
keterampilan merencanakan dan
melaksanakan kegiatan belajar mengajar
2.3 Pentingnya Keterampilan Dasar
Mengajar Guru
Menurut UU No. 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, terutama Pasal 1, guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sementara itu, tenaga
pendidik adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat. Dengan munculnya UU ini guru/dosen sudah diakui sebagai tenaga
professional setara dengan profesi lain. Yang dimaksud profesional di sini
adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber
penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Karena sebagai tenaga
profesional, maka seorang pendidik harus mempunyai kompetensi tertentu
disyaratkan. Kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh
tenaga pendidik dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Menurut UU seorang
pendidik harus mempunyai empat kompetensi, yaitu pedagogis, kepribadian,
sosial, dan professional. Kompetensi pedagogis adalah kemampuan seorang
pendidik mengelola pembelajaran peserta didik, kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta
menjadi teladan peserta didik, kompetensi sosial adalah kemampuan berkomunikasi
dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama
pendidik, teman sejawat, dan masyarakat sekitar, sementara kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam. Secara eksplisit empat kompetensi ini agaknya hanya ditekankan bagi
seorang guru, namun sebenarnya juga berlaku bagi seorang dosen. Bahwa siapa pun
yang akan menjadi tenaga pendidik, dosen ataupun guru, seharusnya mempunyai
empat kompetensi di atas.
Setiap tenaga pendidik harus
mempunyai kemampuan menyampaikan materi yang dimiliki kepada peserta didik
secara tepat. Untuk itu, pemahaman tentang konsep pendidikan, belajar dan
psikologi orang dewasa perlu dimiliki seorang tenaga pendidik. Sebab, kita
mungkin sering mendengar ada seorang tenaga pendidik yang sangat diakui
keilmuannya namun ketika mengajar di kelas sama sekali tidak dipahami oleh
peserta didik. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan hal ini, yaitu peserta
didik yang di bawah standar atau tenaga pendidik yang tidak memahami audiens.
Dalam ilmu pendidikan, kemungkinan yang kedua lebih menjadi penyebab utama.
Bahwa seorang tenaga pendidik seharusnya lebih mengenal peserta didik dan tahu
cara bagaimana menyampaikan materi secara tepat.
Bertolak dari kasus tersebut,
sudah seharusnya seorang tenaga pendidik dan calon tenaga pendidik mempunyai
kemampuan pedagogis agar apa yang disampaikan di kelas dapat dipahami oleh
peserta didik yang pada akhirnya dapat mencerahkan mereka. Kemampuan pedagogis
yang dimaksud di sini antara lain terkait dengan metode pembelajaran, teknik
mengelola kelas, menggunakan media, teknik mengevaluasi sampai melakukan
refleksi proses pembelajaran. Yang perlu kita pahami bersama adalah bahwa
mengajar adalah bukan sekedar proses penyampaian atau penerusan pengetahuan.
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks, yaitu penggunaan secara
`integratif sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan. Pengintegrasian keterampilan-keterampilan
yang dimaksud dilandasi oleh seperangkat teori dan diarahkan oleh suatu
wawasan. Sedangkan aplikasinya secara unik dalam arti secara simultan
dipengarhi oleh semua komponen belajar-mengajar. Komponen yang dimaksud yaitu
tujuan yang ingin dicapai, pesan yang ingin disampaikan, subjek didik,
fasilitas dan lingkungan belajar, serta yang tidak pentingnya keterampilan,
kebiasaan serta wawasan tentang diri dan misi seorang guru/dosen sebagai
pendidik.
Kompetensi dasar mengajar
dalam tulisan ini lebih dimaksudkan sebagai pengetahuan dasar pembelajaran yang
perlu dipahami seorang tenaga pendidik. Sebagai sebuah kemampuan minimal, maka
seorang tenaga pendidik harus mampu melakukan inovasi dan kreatifitas dalam
pembelajaran. Terlebih bahwa jika yang dihadapi adalah manusia dewasa yang
sudah mempunyai pengetahuan dan kemandirian berpikir meskipun masih perlu
pendampingan dan mitra belajar. Untuk itu, semangat terus belajar dan menambah
wawasan tentang kependidikan harus dilakukan seorang tenaga pendidik, apa pun
pelajaran/matakuliah yang diampu dan apa pun latar belakang pendidikannya,
termasuk tenaga pendidik yang berlatar belakang kependidikan.
2.4
Pengertian Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan
kelas. Pengelolaan itu sendiri asal katanya adalah ”kelola”, ditambah
awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah
“manajemen”. Manajemen adalah kata yang aslinya dari bahasa Inggris, yaitu
“management”, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.
Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto
(1990;2) adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.
Sedangkan
kelas menurut Oemar Hamalik (1987:311) adalah suatu kelompok orang yang
melakukan kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru.
Pengelolaan
kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan
pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas merupakan kegiatan
pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.
Dalam
konteks yang demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting untuk diketahui
oleh siapapun juga yang menerjunkan dirinya kedalam dunia pendidikan.
Sedangkan
menurut Sudirman N, dalam (dkk. 1991; 310), pengelolaan kelas adalah upaya
mendayagunakan potensi kelas. Ditambahkan lagi oleh Hadari Nawawi (1989;115),
dengan mengatakan bahwa kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat
diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi
kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan
dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan
kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid.
2.5
Tujuan Pengelolaan Kelas
Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan
pendidikan. Secara umum pengelolaan kelas adalah penyedian fasilitas bagi
bermacam macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dalam
intelektual dalam kelas. Fasilitas yang demikian itu memungkinkan siwa belajar
dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana
disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada
siswa. (Sudirman N, 1991, 311)
Suharsimi
Arikunto (1988 : 68) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar
setiap anak di kelas dapat bekerja dengan tertib sehingga tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien.
Terkait
dari penjelasan diatas dalam hal pengelolaan kelas dapat pula ditinjau
dari segi interaksi komunikatif. Artinya seorang guru dituntut mampu mengatur
segala kondisi apapun yang terjadi didalam kelas saat pebelajaran berlangsung
agar terciptanya komunikasi dua arah yaitu antara guru dengan murid, murid
dengan guru sehingga proses belajar-mengajar dapat berlangsung dengan baik. Hal
ini bertujuan untuk memudahkan sekaligus meringankan tugas guru atau wali
kelas.
2.6
Peran Guru Dalam Strategi Pengeloloaan Kelas
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses
pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor
yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam
kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan
kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan
belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil
belajar siswa berada pada tingkat yang optimal.
Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru dalam
proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1. Guru Sebagai
Demonstrator
Guru menjadi sosok yang ideal bagi siswanya hal ini dibuktikan apabila
ada orang tua yang memberikan argumen yang berbeda dengan gurunya maka siswa
tersebut akan menyalahkan argumen si orangtua dan membenarkan seorang guru.
Guru adalah acuan bagi peserta didiknya oleh karena itu segala tingkah laku
yang dilakukannya sebagian besar akan ditiru oleh siswanya. Guru sebagai
demonstrator dapat diasumsikan guru sebagai tauladan bagi siswanya dan contoh
bagi peserta didik.
2. Guru Sebagai Pengelola
Kelas
Evaluator atau menilai sangat penting adalah rangkaian pembelajaran
karena setiap pembelajaran pada akhirnya adalah nilai yang dilihat baik
kuantitatif maupun kualitatif. Rangkaian evaluasi meliputi persiapan,
pelaksanaan, evaluasi. Tingkat pemikiran ada
beberapa tingkatan antara lain :
§ Mengetahui
§ Mengerti
§ Mengaplikasikan
§ Analisis
§ Sintesis (analisis
dalam berbagai sudut)
§ Evaluasi
Manfaat evaluasi bisa digunakan sebagai umpan balik untuk siswa sehingga
hasil nilai ini bukan hanya suatu point saja melainkan menjadi solusi untuk
mencari kelemahan di pembelajaran yang sudah diajarkan. Hal -hal yang paling
penting dalam melaksanakan evaluasi. Harus dilakukan oleh semua aspek baik
efektif, kognitif dan psikomotorik. Evaluasi dilakukan secara terus
menerus dengan pola hasil evaluasi dan proses evaluasi. Evalusi dilakuakan
dengan berbagai proses instrument harus terbuka.
3. Guru Sebagai Mediator
Dan Fasilitator
Manager memenage kelas, tanpa kemampuan ini maka performence dan karisma
guru akan menurun, bahkan kegiatan pembeajaran bisa kacau tanpa tujuan. Guru
Sebagai Pengelola Kelas, agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi
yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Beberapa fungsi guru sebagai
pengelola kelas : Merancang tujuan pembelajaran mengorganisasi beberapa sumber
pembelajaran Memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa. Ada 2 macam dalam
memotivasi belajar bisa dilakukan dengan hukuman atau dengan reaward Mengawasi
segala sesuatu apakah berjalan dengan lancar apa belum dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran.
4. Guru Sebagai Evaluator
Seorang guru harus dapat menguasai benar materi yag akan diajarkan juga
media yang akan digunakan bahkan lingkungan sendiri juga termasuk sebagai
sember belajar yang harus dipelajari oleh seorang guru. Seorang siswa mempunyai
beberapa kemampuan menyerap materi berbeda-beda oleh karena itu pendidik harus pandai
dalam merancang media untuk membantu siswa agar mudah memahami pelajaran.
Keterampilan untuk merancang media pembelajaran adalah hal yang pokok yang
harus dikuasai, sehingga pelajaran yang akan diajarkan bisa dapat diserap
dengan mudah oleh peserta didik. Media pembelajaran didalam kelas sangat banyak
sekali macamnya misalkan torsu, chart maket, LCD, OHP/OHT, dll.
2.7
Prinsip – Prinsip Dalam Pengelolaan Kelas
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam kelas, prinsip-prinsip
pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka adalah penting bagi guru untuk
mengetahui dan menguasai prinsi-prinsip pengelolaan kelas, yang di uraikan
berikut ini :
1. Hangat dan antusias
Hangat
dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar.guru yang hangat dan
akrab engan anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada
aktivitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas
2. Tantangan
Penggunaan
kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang
3. Bervariasi
Penggunaan
alat atau media atau alat bantu,gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru
dan anak didik mengurangi munculnya gangguan, kevariasian dalam penggunaan apa
yang dsi sebut diatas merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang
efektif.
4. Keluesan
Keluesan
tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah
kemungkinan munculnya gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar
mengajar yang efektif.
5. Penekanan
pada hal-hal yang positif
Pada
dasarnya, dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang
positif, dan menghindari pemusatan perhatian anak didik pada hal-hal yang
negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang
positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan Yang dapat mengganggu
jalannya proses belajar mengajar
6. Penanaman
disiplin diri
Tujuan
akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan disiplin
diri sendiri. Karena itu,guru sebaiknya selalu mendorong anak didik untuk
melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan
mengenai pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus
disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya iku disiplin berdisiplin
dalam segala hal.
2.8
Pendekatan-Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas
Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait
dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang
dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik
secara berkelompok maupun secara individual.
Keharmonisan
hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul
dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari
pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179)
Berbagai
pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut:
1. Pendekatan Kekuasaan
Pengelolaan
kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik.
Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin
dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk
mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati
anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya.
2. Pendekatan Ancaman
Dari
pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai
suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol
tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya
melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.
3. Pendekatan Kebebasan
Pengelolaan
diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk
mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah
mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.
4. Pendekatan Resep
Pendekatan
resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat
menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru
dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar
itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan
guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep.
5. Pendekatan Pengajaran
Pendekatan
ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan
pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan
memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan
tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku
anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan
mengimplementasikan pelajaran yang baik.
6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku
Sesuai
dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah
tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak
didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan
berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak
dari sudut pandangan psikologi behavioral.
Program
atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik,
harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat
akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya.
Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus
dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan
senang atau puas.
Sebaliknya,
tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi
atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya
tingkah laku tersebut akan dihindari
7. Pendekatan
Sosio-Emosional
Pendekatan
sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi
yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara
guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci
pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan
iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas.
Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan
sikap ngayomi atau sikap melindungi.
8. Pendekatan Kerja
Kelompok
Dalam
pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama
kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru
untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok
yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap
baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan
semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah
pengelolaan.
9. Pendekatan Elektis
atau Pluralistik
Pendekatan
elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn
inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut
berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu
situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus
mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis
disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha
menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat
menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar
mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara
bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan
penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun)
kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi
kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.
2.9
Penataan Ruang Kelas
Menciptakan suasana belajar yang menggairahkan perlu
memeperhatikan peraturan/penataan ruang kelas/belajar. Penyusunan dan
pengaturan belajar hendaknya memungkinkan anak didik duduk
berkelompok dan memudahkan anak didik bergerak secara leluasa. Dalam
pengaturan ruang belajar, hal-hal yang diperhatikan adalah:
1.
Ukuran dan bentuk kelas
2. Bentuk serta ukuran bangku dan meja anak didik
3. Jumlah anak didik dalam kelas
4. Jumlah anak didik dalam setiap kelompok
5. Jumlah kelompok dalam kelas
6.
Komposisi anak didik dalam kelompok (seperti anak didik pandai dengan
anak didik kurang pandai, pria dengan wanita).
3.0
Masalah Yang Timbul Dalam Pengelolaan Kelas
Keaneka macaman masalah perilaku siswa itu menimbulkan beberapa
masalah pengelolaan kelas. Menurut made pidarta masalah-masalah pengelolaan
kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa adalah:
1.
Kurang kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok, klik-klik, dan
pertentangan jenis kelamin.
2. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja
kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap, bergi kesana-kemari, dan
sebagainya
3. Reaksi negatif terhadap anggota kelompok,
misalnya ribut, bermusuhan, mengucilkan, merendahkan kelompok bodoh dan
sebagainya
4.
Kelas mentolerasi kekeliruan-kekeliruan temannya, ialah menerima dan
mendorong perilaku siswa yang keliru.
5.
Mudah mereaksi negatif atau terganggu misalnya didatangi monitor,
tamu-tamu, iklim yang berubah dan sebagainya
6.
Moral rendah, permusuhan dan agresif misalnya dalam lembaga
dengan alat-alat belajar kurang, kekurangan uang, dan sebagainya
7.
Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti
tugas-tugas tambahan, anggota kelas
yang baru, situasi baru dan sebagainya .
Kegiatan interaksi edukatif dengan pendekatan kelompok menghendaki
peninjauan pada aspek perbedaan individual anak didik. Postur tubuh anak didik
yang tinggi sebaiknya di tempatkan di belakang. Anak didik yang mengalami
gangguan penglihatan atau pendengaran sebaiknya di tempatkan di depan kelas.
Dengan begitu, mata anak didik yang minus dapat melihat tulisan di papantulis
dengan cukup baik. Penempatan anak didik yang mengalami ganggung pendengaran
didepan akan mempermudah si anak untuk menyimak apa yang disampaikan guru.
Pengaturan tempat duduk sebenarnya akan berhubungan dengan
permasalahan siswa sebagai individu dengan perbedaan pada aspek biologis,
intelektual, dan psikologis. Tetapi di dalam perbedaan dari ketiga aspek itu
ada juga terselip persamaannya, persamaan dan perbedaan dimaksud adalah:
1.
Persamaan dan perbedaan dalam kecerdasan (inteligensi)
2. Persamaan dan perbedaan dalam kecakapan
3. Persamaan dan perbedaan dalam hasil belajar
4. Persamaan dan perbedaan dalam bakat
5. Persamaan dan perbedaan dalam sikap
6. Persamaan dan perbedaan dalam kebiasaan
7. Persamaan dan perbedaan dalam pengetahuan
/pengalaman
8. Persamaan dan perbedaan dalam ciri-ciri
jasmaniah
9. Persamaan dan perbedaan dalam minat
10. Persamaan dan perbedaan dalam cita-cita
11. Persamaan dan perbedaan dalam kebutuhan
12. Persamaan dan perbedaan dalam kepribadian
13. Persamaan dan perbedaan dalam pola-pola dan
tempo perkembangan
14.
Persamaan dan perbedaan dalam latar belakang lingkungan
Berbagai
persamaan dan perbedaan kepribadian siswa diatas, berguna dalam membantu usaha
pengaturan kelas. Terutaman berhubungan dengan masalah bagaimana pola
pengelompokan siswa guna menciptakan lingkungan belajar yang aktif dan kreatif,
sehingga kegiatan belajar yang penuh kesenangan dan bergairah dapat bertahan
dalam waktu yang relatif lama.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keterampilan dasar mengajar (teaching skill) adalah kemampuan atau
keterampilan yang khusus (most spesifis
instructional behaviours) yang harus dimiliki oleh guru, dosen, atau
instruktur agar dapat melaksanakan tugas mengajar secara efektif, efisien dan
professional.
Sebagai seorang pendidik atau
guru harus memiliki keterampilan dasar mengajar, di mana keterampilan dasar
mengajar itu, adalah :
1. Keterampilan Bertanya
2.
Keterampilan Memberi Penguatan
3.
Keterampilan Mengadakan
variasi
4.
Keterampilan Menjelaskan
5.
Keterampilan Membuka dan
Menutup Pelajaran
6.
Keterampilan Memimpin Diskusi
Kelompok Kecil
7.
Keterampilan Mengelola Kelas
8.
Keterampilan Mengajar Kelompok
Kecil dan Perorangan
Dan juga pengelolaan kelas dalam
proses pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1. Pengertian
pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna
mencapai tujuan pengajaran. Kesimpulan sederhananya adalah pengelolaan kelas
merupakan kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.
2.
Tujuan Pengelolaan Kelas adalah
menyediakan fasilitas bagi bermacam macam kegiatan belajar siswa dalam
lingkungan sosial, emosional, dalam intelektual dalam kelas.
3.
Peran guru
dalam strategi pengelolaan kelas adalah : Guru sebagai Demostrator, guru
sebagai Evaluator, Guru sebagai Pengelola Kelas, Guru sebagai Fasilitator.
4.
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
adalah Hangat dan Antusias, Tantangan, Bervariasi, Keluesan, Penekanan pada
hal-hal yang positif, Penanaman disiplin diri.
5.
Pendekatan – pendekatan dalam
pengelolaan kelas terdiri dari : Pendekatan kekuasan, Pendekatan
Ancaman, Pendekatan kebebasan, Pendekatan Resep, Pendekatan Pengajaran,
Pendekatan Perubahan Tingkah laku, Pendekatan sosio Emosional, Pendekatan Kerja
kelompok, Pendekatan Elektis atau pluralistik.
6.
Dalam pengaturan ruang belajar,
hal-hal yang diperhatikan adalah : Ukuran dan bentuk kelas, Bentuk serta ukuran
bangku dan meja anak didik, Jumlah anak didik dalam kelas, Jumlah anak didik
dalam setiap kelompok, Jumlah kelompok dalam kelas.
7. Masalah
Dalam Pengelolaan Kelas adalah: Kurang kesatuan, Tidak ada standar perilaku
dalam bekerja kelompok, Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, Kelas
mentolerasi kekeliruan-kekeliruan temannya, Mudah mereaksi negatif atau
terganggu misalnya didatangi monitor, Moral rendah, permusuhan, Tidak mampu
menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini
diharapkan para pembaca khususnya mahasiswa calon pendidik mampu menguasai
keterampilan–keetrampilan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan baik.
Kami
menyadari akan kekurangan dalam makalah ini, maka pembaca dapat menggali
kembali sumber-sumber lainnya, untuk menyempurnakannya. Jadi kami harapkan
kritik yang membangun dari anda sekalian, untuk kami lebih bisa baik dan
sempurna lagi dalam pembuatan makalah
ini selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
§ Sukirman, Dadang. 2010. Keterampilan Dasar Mengajar. \Pasca sarjana UPI\Strategi
pembelajaran fisika\BAHAN\06 Keterampilan Dasar Guru\makalah ket das mengajar
§ Wati, Widya. 2010. Keterampilan Dasar Guru, \Pasca sarjana UNP\Strategi
pembelajaran\Katerampilan Dasar Guru
§ Anonim. 2010. Delapan Kompetensi Dasar Mengajar. \BAHAN\06 Keterampilan
Dasar Guru\Delapan Kompetensi Dasar Mengajar.html
§ Ivor K. Davies, Pengelolaan
Belajar, Cv. Rajawali, Jakarta, 1991.
§ Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi
Belajar Mengajar I, Jakarta :Rineka Cipta, 2002.
§ Syaiful Bahri Djamarah,Guru
dan Anak didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : Rineka Cipta,2002.
§ Tutut Sholehah, Strategi
Pembelajaran yang Efektif, Jakarta : Citra Grafika Desian, 2008.
§ http://jaririndu.blogspot.com/2012/09/makalah-pengelolaan-kelas.html di Akses pada
16-03-2013 (21:28)
§ http://diyanshintaweecaihadiansyah.blogspot.com/2012/01/makalah-manajemen-kelas.html
diakses pada 17-03-2013 pkl 22:10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar