KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke
Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
membahas TENTANG PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN,
LANDASAN PEMBELAJARAN, KONDISI IDEAL BEAJAR.
Dalam penyusunan makalah
ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan
dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat
penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Makassar, 15 maret 2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Aktivitas pembelajaran merupakan aktivitas manusia
sebahagai makhluk yang berbudaya (pendidikan sebagai gejala budaya), memberikan
konsekuensi bahwa perbaikan dalam pembelajaran terus di lakukan. Diantaranya
terdapat tiga landasan dalam kerja tersebut, yaitu landasan filosofis,landasan
sosiologis dan landasan psikologis. Sistem pembelajaran yang ideal yaitu di
mulai dari kelulusa tes atau kenaikan kelas dulu lebih sulit dari pada
sekarang, di karenakan dulu sistem pembelajarn lebih mementingkan mutu maupun
skill dan langkah lebih dekat dengan kesuksesan. Nilai sekarang lebih di
butuhkan daripada jaman dahulu, tidak tentu nilai baik di dapat karena skill
dan kemampuan yang baik karena jaman sekarang ada berbagai cara mendapatkan
nilai baik dengan mudah dan sedikit usaha. Faktor yang mengahambat keberhasilan
seorang peserta didik di dalam pembelajaran adalah kejenuhan.Seorang peserta
didik akan merasa jenuh apabila model atau cara mengajar seorang guru monoton
atau tidak bervariasi. Guru dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang
sangat penting. Bagaimanapun hebatnya kemajuan teknologi,peran guru akan tetap
di perluka. Teknologi yang konon bisa memudahkan manusia mencari dan
mendapatkan informasi dan pengetahuan,tidak mungkin dapat mengganti peran guru.
B. RUMUSAN MASALAH
a.
Apa
sajakah peran guru dalam proses pembelajaran?
b.
Bagaimana
landasan pembelajaran itu?
c.
Bagaimana
semestinya kondisi yang ideal dalam pembelajaran?
C. TUJUAN PENULISAN
a.
Untuk
mengetahui apa sajakah peran yang dilakukan oelh seorang guru dam proses
pembelajaran.
b.
Untuk
mengetahuai tentang landasan dalam pembelajaran.
c.
Untuk
mengetahui tentang kondisi yang ideal dalam proses pembelajaran agar siswa dapat
belajar dengan optimal.
d.
Untuk
menambah pengetahuan tentang peran guru dan mengetahui tentang pembelajaran
yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
Guru dalam proses
pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting. Bagaimanapun hebatnya
kemajuan teknologi,peran guru akan tetap di perluka. Teknologi yang konon bisa
memudahkan manusia mencari dan mendapatkan informasi dan pengetahuan,tidak
mungkin dapat mengganti peran guru. Beberapa peran guru di jelaskan di bawah
ini:
1.
Guru
sebagai sumber belajar
Peran guru
sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai
sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Kita bisa
menilai baik baik atau tidak seorang guru hanya dari penguasaan materi
pelajaran. Dikatakan guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi
pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar
bagi anak didiknya. Apapun yang di tanyakan siswa berkaitan dengan materi
pelajaran yang sedang di ajarkannya, ia akan bisa menjawab dengan penuh
keyakinan. Sebaliknya, dikatakan guru yang kurang baik manakala ia tidak paham
tentang materi yang di ajarkannya. Ketidakpahaman tentang materi pelajaran
biasanya di tujukan oleh perilaku-perilaku tertentu,misalnya teknik penyampaian
materi pelajaran yang monoton, ia lebih sering duduk di kursi sambil membaca,
suaranya lemah, tidak berani melakukan kontak mata dengan siswa, miskin dengan
ilustrasi, dan lain-lain. Perilaku guru yang demikian bisa menyebabkan
hilangnya kepercayaan pada diri siswa, sehingga guru akan sulit mengendalikan
kelas.
Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran
hendaknya guru melakukan hal-hal sebagai berikut:
a.
Sebaiknya
guru memiliki bahan referensi yang lebih banyak di bandingkan dengan siswa. Hal
ini untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman yang lebih baik tentang materi
yang akan di kaji bersama siswa. Dalam perkembangan teknologi informasi yang
sangat cepat, bisa jadi siswa lebih”pintar” di bandingkan guru dalam hal
penguasaan informas. Oleh sebab itu, untuk menjaga agar guru tidak ketinggalan
informasi sebaiknya guru memiliki bahan-bahan referensi yang lebih banyak di
bandingkan siswa. Misalnya melacak bahan-bahan dari internet, atau dari bahan
cetak terbitan terakhir, atau berbagai informasi dari media massa.
b.
Guru
dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat di pelajari oleh siswa yang
biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa yang lain. Siswa yang
demikian perlu di berikan perlakuan khusus, misalnya dengan memberikan bahan
pengayaan dengan menunjukkan sumber belajar yang berkenaan dengan materi
pelajaran.
c.
Guru
perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran, misalnya dengan menentukan
mana materi inti(core), yang wajib di pelajari siswa, mana materi tambahan,
mana materi yang harus di ingat kembali karena pernah di bahas, dan lain
sebagainya.Melaluai pemetaan semacam ini akan memudahkan bagi guru dalam
melaksanakan tugasnya sebagai sumber belajar.
2.
Guru
sebagai Fasilitator
Sebagai
fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa
dalam kegiatan proses pembelajaran. Sebelum proses pembelajaran di mulai sering
guru bertanya:Bagaimana caranya agar ia mudah menyajikan bahan pelajaran?
Pertanyaan itu sekilas memang ada benarnya. Melaluai usaha yang
sungguh-sungguh, guru ingin agar ia mudah menyajikan bahan pelajaran dengan
baik. Namun demikian, pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran
berorientasi pada guru. Oleh sebab itu, akan lebih bagus manakala pertanyaan
tersebut di arahkan pada siswa, misalnya apa yang harus di lakukan agar siswa
mudah mempelajari bahan pelajaran sehingga tujuan belajar tercapai secara
optimal.Pertanyaan tersebut mengandung makna kalau tujuan mangajar adalah
mempermudah siswa belajar. Inilah hakikat peran falisitator dalam proses
pembelajaran.
Agar dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam
proses pembelajaran, ada beberapa hal yang harus di pahami, khususnya hal-hal
yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran.
a.
Guru
perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi
masing-masing media tersebut. Pemahaman akan fungsi media sangat di perlukan,
belum tentu suatu media cocok di gunakan untuk mengajarkan semua bahan
pelajarn. Setiap media memiliki karakteristik yang berbeda.
b.
Guru
perlu mempunyai keterampilan dalam merancang suatu media. Kemampuan merancang
media merupakan salah satu kompetensi yang harus di miliki oleh seorang guru
profesional. Dengan perancangan media yang di anggap cocok akan memudahkan
proses pembelajaran, sehingga pada gilirannya tujuan pembelajaran akan tercapai
secara optimal.
c.
Guru
di tuntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaat
kan berbagai sumber belajar. Perkembangan teknologi informasi menuntut setiap
guru untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi mutakhir. Berbagai
perkembangan teknologi informasi memungkinkan setiap guru bisa menggunakan
berbagai pilihan media yang di anggap cocok.
d.
Sebagai
fasilitator, guru di tuntu agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan
berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting, kemampuan berkomunikasi
secara efektif dapat mmemudahkan siswa menangkap peran sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar mereka.
3.
Guru
sebagai pengelola
Sebagai
pengelola pembelajaran atau learning manajer, guru berperan dalam menciptakan
iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui
pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk
terjadinya proses belajar seluruh siswa.
Menurut ivor K. Devais, salah satu kecenderungan yang
sering di lupakan dalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran adalah belajarnya
siswa dan bukan mengajarnya guru. Dalam hubungannya dengan pengelolaan
pembelajaran, Alvin C.Eurich menjelaskan prinsip-prinsip belajar yang harus di
perhatikan guru, sebagai berikut:
a.
Segala
sesuatu yang di pelajari oleh siswa, maka siswa harus mempelajarinya sendiri.
b.
Setiap
siswa yang belajar memiliki kecepatan masing-masing.
c.
Seorang
siswa akan belajar lebih banyak apabila setiap selesai melaksanakan tahapan
kegiatan di berikan reinforcement.
d.
Pengusaan
secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih
berarti.
e.
Apabila
siswa di beri tanggung jawab, naka ia akan lebih termotivasi untuk belajar.
Dalam
melaksanakan pengelolaan pembelajaran ada dua macam kegiatan yang harus di
lakukan, yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber
belajar itu sendiri. Sebagai manajer, guru memiliki empat fungsi umum, yaitu:
a.
Merencanakan
tujuan belajar.
b.
Mengorganisasikan
berbagain sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar.
c.
Meminpin,
yang meliputi motivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa.
d.
Mengawasi
segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam
rangka pencapain tujuan.
Fungsi
perencanaan merupakan fungsi yang sangat penting bagi seorang manajer.
Kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan fungsi perencanaan di antaranya meliputi
memperkirakan tuntutan dan kebutuhan, menentukan tujan, menulis silabus
kegiatan pembelajaran, menentukan topik-topik yang akan di pelajari,
mengalokasikan waktu, serta menentukan sumber-sumber yang di perlukan. Melaui
fungsi perencanaan ini, guru berusaha menjembatani jurang antara di mana murid
berada dan ke mana mereka harus pergi. Keputusan semacam ini menuntut kemampuan
berfikir kreatif dan imajinatif, serta meliputi sejumlah besar kegiatan yang
pada hakikatnya tidak teratur dan tidak terstruktur.
Fungsi pengorganisasian
melibatkan penciptaan secara sengaja suatu lingkungan pembelajaran yang
kondusif serta melaukukan pendelegasian tanggung jawab dalam rangka mewujudkan
tujuan progeam pendidikan yang telah di rencanakan. Pengorganisasian,
pengaturan-penngaturan sumber, hanyalah alat atau sarana saja untuk mencapai
apa yang harus di selesaikan. Tujuan akhirnya adalah membuat agar siswa dapat
bekerja dan belajar bersama-sama. Harus di ingat, pengorganisasian yang efektif
hanya dapat di ciptakan manakala siswa
bisa belajar secara individual, karena pada dasarnya tujuan yang ingin di capai
adalah siswa secara individual walaupun pengajaran itu di laksanakan secara
klasikal. Keputusan yang berhubungan dengan pengorganisasian ini memerlukan
pengertian mendalam dan perhatian terhadap siswa secara individual.
Fungsi
memimpin atau mengarahkan adalah fungsi yang bersifat pribadi yang melibatkan
gaya tertentu. Tugas memimpin ini adalah berhubungan dengan
membimbing,mendorong, dan mengawasi murid, sehingga mereka dapat mencapai tujuan
yang telah di tentukan.
Fungsi mengawasi bertujuan
untuk mengusahakan peristiwa-peristiwa yang sesuai dengan rencana yang telah di
susun. Dalam batas-batas tertentu fungsi pengawasan melibatkan pengambilan
keputusan yang terstruktur, walaupun proses tersebut mungkin sangat kompleks,
khususnya bila mengadakan kegiatan remedial.
4.
Guru
sebagai deomstrator
Yang dimaksud dengan peran
guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa
segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap
pesan yang di sampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator. Pertama,
sebagai demonstrator berarti guru harus menunjukkan sikap-sikap yang terpuji.
Dalam setiap aspek kehisupan, guru merupakan sosok ideal bagi setiap siswa. Dengan
demikian, dalam konteks ini guru berperan sebagai model dan teladan bagi setiap
siswa. Kedua, sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan bagaimana
caranya agar setiap materi pealajaran bisa lebih di pahami dan di hayati oleh
setiap siswa. Oleh karena itu,sebagai demonstrator erat kairtannya dengan
peraturan strategi pembelajaran yang efektif.
5.
Guru
sebagai pembimbing
Siswa
adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa di lihat dari adanya setiap
perbedaan. Artinya, tidak ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik
mungkin individu memiliki kemiripan, tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah
sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan, dan sebagainya. Di samping itu,
setiap individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan
mereka tentu tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus
berperan sebagai pembimbing. Membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai
potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing siswa agar
dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga
dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal
yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.
Seorang guru tidak dapat
memaksa agar siswanya jadi”ini atau jadi ”itu”. Siswa akan tumbuh dan
berkembang menjadi seseorang sesuai dengan minat dan bakat yang di milikinya.
Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan, dan membimbing agar siswa tumbuh dan
berkembang sesuai dengan potensi, minat, dan bakatnya. Inilah makna peran guru.
Agar guru berperan sebagai
pembimbing yang baik, maka ada beberapa hal yang harus di miliki, di antaranya:
pertama, guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang di bimbingnya.
Misalnya, pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tentang potensi
dan bakat yang di miliki anak. Pemahaman ini sangat penting artinya, sebab akan
menentukan teknik dan jenis bimbingan yang harus di berikan kepada mereka.
Kedua, guru harus memahami dan teramil dalam merencankan, baik merencanakan
tujuan dan kompetensi yang akan di capai maupun merencanakan proses
pembelajaran. Proses bimbingan akan dapat dilakukan dengan baik apabila
sebelumnya guru merencanakan hendak di bawa ke mana siswa, apa yang harus di
lakukan dan lain sebagainya.
6.
Guru
sebagai motivator
Dalam
proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat
penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan di sebabkan oleh
kemampuannya yang kurang tetapi di karenakan tidak adanya motivasi untuk
belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya.
Dengan demikian, bisa di katakan siswa yang berprestasi rendah belum tentu di
sebabkan oleh kemampuan yang rendah pula, tetapi mungkin di debabkan tidak
adanya dorongan atau motivasi.
Woodwort(1955:337) mengatakan :”A motive
is a set preditposes the individual of certain activities and for seeking
certain goals”. Suatu motif adalah suatu set yang bisa membuat individu
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Dari definisi
tersebut, kuat lemahnya atau semangat tidaknya usaha yang di lakukan seseorang
untuk mencapai suatu tujuan akan di tentukan oleh kuat lemahnya motif yang di
milik orang tersebut. Motivasi
merupakan penjelmaan dari motif yang dapat di lihat dari perilaku yang di
tunjukkan seseorang. Motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab
memang motivasi muncul karena kebutuhan. Seseorang akan bertindak manakala
dalam dirinya ada kebutuhan.
Proses
pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar.
Oleh sebab itu, guru perlu menimbulkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh
hasil belajar yang optimal, guru di tuntut kreatif menimbulkan motivasi belajar
siswa. Di bawah ini di kemukakan beberapa petunjuk:
a.
Memperjelas
tujuan yang ingin di capai.
b.
Membangkitkan
minat siswa.
c.
Ciptakan
suasana yang menyenangkan dalam belajar.
d.
Berilah
pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa.
e.
Berikan
penilaian.
f.
Berilah
komentar terhadap hasil pekerjaan siswa.
g.
Ciptakan
persaingan dan kerjasama.
7.
Guru
sebagai evaluator
Sebagai
evaluatpr, guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang
keberhasilan pembelajaran yang telah di laukan.Terdapat dua fungsi dalam
memerangkan perannya sebagai evaluator. Pertama, untuk menetukan keberhasilan
siswa dalam mencapai tujuan yang telah di tentukan atau menentukan keberhasilan
siswa dalam menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk menentukan keberhasilan
guru dalam melakukan seluruh kegiatan yang telah di programkan.
a.
Evaluasi
untuk menentukan keberhasilan siswa
Sebagai kegiatan yang
bertujuan untuk menilai keberhasilan siswa, evaluasi memang memegang peranan
yang sangat penting. Sebab, melalui evaluasi guru dapat apakah siswa yang di
ajarnya sudah memilik kompetensi yang di tetapkan, sehingga mereka layak di
berikan program pembelajaran baru; atau malah sebaliknya siswa belum bisa
mencapai standar minimal, sehingga mereka perlu di berikan program remedial.
b.
Evaluasi
untuk menetukan keberhasilan guru
Evaluasi bukan hanya di
lakukan untuk siswa, tetapi dapat di gunakan untk menilai kenerja guru
tersebut. Berdasarkan hasil evaluasi apakah guru telah melaksanakan proses
sesuai dengan perencanaan atau belum, atau apa sajakah yang perlu di perbaiki.
B. LANDASAN PEMBELAJARAN
1.
Aktivitas
pembelajaran merupakan aktivitas manusia sebahagai makhluk yang berbudaya
(pendidikan sebagai gejala budaya), memberikan konsekuensi bahwa perbaikan
dalam pembelajaran terus di lakukan.Oleh karena itu di perlukan landasan
pembelajaran ya ng mantap agar perubahan yang di lakukan di dasarkan
kajian-kajian yang bisa di pertanggung jawabkan.
Diantaranya terdapat tiga landasan dalam kerja
tersebut, yaitu landasan filosofis,landasan sosiologis dan landasan psikologis.
a.
Peran
landasan filosopis dalam memecahkan persoalan pembelajaran di indonesia
Landasan filosofis berfungsi sebagai asas ke rokhanian dan azaz moral
sistem pendidikan nasional.karena itu kebijaksanaan, strategi dan proses
pembinaan sumber daya manusia berkualitas sebagai tujuan pendidikan nasional
bersumber dan di jiwai oleh azaz normative filsafat pendidikan bangsa Negara
yaitu pancasila. Contohnya yaitu Guru dalam menyelesaikan persoalan-persoalan
dalam pembelajaran berdasarkan pancasila. Misalnya berdoa sebelum dan sesudah
pembelajaran, mengutamakan musyawarah,tidak membedakan SARA, memberi nilai secara
adil kepada seluruh siswa.
b.
Peran
landasan sosiologis dalam memecahkan persoalan pembelajaran di indonesia
Sosial budaya merupakan bagian hidup yang paling dekat dengan kehidupan
manusia sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas dari
unsur sosial budaya. Sebab sebagian besar kegiatan manusia di lakukan secara
kelompok termasuk kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran.Proses sosial dan
interaksi sosial di dasari faktor-faktor berikut:
·
Imitasi
atau peniruan, bisa bersifat positif atau negative. Contohnya anak akan meniru
gaya berpakaian seorang guru yang rapi, atau selalu berdisiplin tetapi bisa
juga anak akan meniru perilaku yang tidak baik dari guru. Jadi guru dalam hal
ini menjadi teladan bagi anak. Kalau dalam proses pembelajaran, guru bersifat
otoriter maka anak akan meniru sikap itu, mungkin pada adik kelasnya atau pada
adiknya di rumah.
·
Sugesti
akan terjadi kalua seorang anak menerima atau tertarik pada pandangan atau
sikap orang lainyang berwibawa atau berwenang atau mayoritas. Disekolah yang
berwibawa misalnya guru, yang berwenang misalnya kepala sekolah dan mayoritas
misalnya pendapat sebagian besar temannya.Sugesti ini memberi jalan bagi anak
untuk mensosialisasi dirinya. Namun kalau anak terlalu sering mensosialisasi lewat
sugesti dapat membuat daya fikir rasional terlambat.
·
Seorang
anak juga dapat mensosialisasikan diri lewat identifikasi. Ia berusaha atau
mencoba menyamakan dirinya dengan orang lain baik secara sadar atau tidak
sadar. Contohnya seorang anak mengidentifikasi guru putri yang cantik. Anak itu
kemudian ingin secantik gurunya,paling sedikit dalam caranya berdandan.
·
simpati
adalah faktor terakhir yang membuat anak mengadakan proses sosial. Simpati
terjadi manakala seseorang tertarik kepada orang lain.Faktor perasaan memegang
peranan penting dalam simpati. Oleh sebab itu hubungan yang akrab perlu di
kembangkan peserta didik agar simpati ini mudah muncul, sosialisasi mudah
terjadi dan anak-anak tertib mematuhi peraturan-peraturan kelas dalam belajar.
Untuk memudahkan sosialisasi dalam pendidikan maka guru menciptakan
situasi terutama pada dirinya sendiri, agar faktor-faktor yang mendasari
sosialisasi ini muncul pada diri anak didik. Misalnya guru harus menjadi contoh
dalam berperilaku agar di tiru, di identifikasi dan anak-anak bersimpati
kepadanya. Begitu pula dengan kondisi kelas, perlu di bina dengan baik agar
sosialisasi anak tidak terhambat.
c.
Peran
landasan psikologis dalam memecahkan persoalan pembelajaran di indonesi.
Jiwa
manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Makin besar anak makin
berkembang pula jiwanya dengan melalui tahap-tahap tertentu hingga mencapai
kedewasaan. Dalam perkembangan jiwa dan jasmani itulah seypogyanya anak-anak
belajar sebab pada masa itu mereka peka belajar dan punya wakru banyak untuk
belajar. Masa belajar ini bertingkat
tingkat sejalan dengan fase perkembangan mereka. Oleh karena itu layanan
pendidkan terhadap mereka harus di buat bertingkat tingkat agar pelajaran dapat
dipahami oleh anak-anak. Setiap anak juga punya gaya belajar dan pilihan
terhadap lingkungan belajar yang berbeda-beda maka srategi yang di gunakan
harus di sesuaikan. Bakat anak juga
berdeda, maka itu di usahakan pengembangan bakatnya. Contohnya Guru memberikan
materi yang sesuai fase perkembangan siswanya, karena agar pembelajaran
bermakna, guru memberikan strategi pembelajaran sesuai dengan karakteristik
siswa.
C. KONDISI IDEAL PEMBELAJARAN
Sistem pembelajaran yang ideal yaitu di mulai dari
kelulusa tes atau kenaikan kelas dulu lebih sulit dari pada sekarang, di
karenakan dulu sistem pembelajarn lebih mementingkan mutu maupun skill dan
langkah lebih dekat dengan kesuksesan. Nilai sekarang lebih di butuhkan
daripada jaman dahulu, tidak tentu nilai baik di dapat karena skill dan kemampuan
yang baik karena jaman sekarang ada berbagai cara mendapatkan nilai baik dengan
mudah dan sedikit usaha. Materi jaman sekarang justru terlalu banyak, bahkan
kebanyakan sehingga siswa mungkin punya nilai tidak baik karena terdorong dari
malasnya belajar di karenakan beban atau tumpuan materi yang melebihi beban yang dia mampu
bahkan juga materi sekarang yang di persulit.
Solusi dalam mengatasi kejenuhan dalam pembelajaran:
Dalam
pelaksanaa pembelajaran berlangsung di sekolah pada umumnya masih menghadapi
masalah-masalah. Diantaranya adalah kurangnya penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran yang di sampaikan. Keberhasilan belajar di tentukan dan di pengaruhi
oleh beberapa aspek. Salah satu aspek penentunya adalah guru.
Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama adalah mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan
mengevaluasi siswa pada pendidikan menengah. Ketegasan di atas menjelaskan
bahwa guru harus memiliki sikap keprofesionalisme. Profesional sendiri adalah
suatu pekerjaan atau kegiatan yang di lakukan dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Seorang guru akan memperoleh
kapuasan, apabila telah melaksanakan tugas pembelajaran yang baik. Hal ini di
tunjukkan dengan materi yang di sampaikan kepada siswa dapat di terima dengan
baik, sehingga tujuan pembelajaran yang di rencanakan dapat di capai.
Pernyataan tersebut diperkuatoleh Hopkins ( dalam wardani, dkk:2003), yang
berkaitan dengan isu-isu seputar profesional praktek di kelas kontrol sosial
terhadap guru, serta kemanfaatan penelitian pendidikan, maka profesional
tindakan kelas yang di lakukan oleh guru di pandang sebagai satu unjuk kerja
seorang guru yang profesional. Guru yang berhasil harus mempunyai sikap dan
keterampilan yang mendorong siswa aktif untuk berfikir dan mampu memecahkan
masalah, serta menguasai sejumlah keterampilan di dunia pendidikan. Masalah
penting yang mendasar bagi guru dalam proses belajar mengajar di kelas adalah
bagaimana uapaya untuk memperbaiaki pembelajarannya sehingga materi yang di
sampaikan dapat di mengerti dan di pahami oleh siswa dengan mudah.
Tingkat penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran biasanya di nyatakan dengan nilai. Hal ini di pertegas
pendapat(Zinul, dkk:2004) bahwa tes hasil belajar adalah satu alat ukur yang
paling banyak di gunakan untuk mengetahui kemampuan dan pemahaman dalam belajar
mengajar.
Faktor yang mengahambat keberhasilan seorang peserta
didik di dalam pembelajaran adalah kejenuhan.Seorang peserta didik akan merasa
jenuh apabila model atau cara mengajar seorang guru monoton atau tidak
bervariasi. Mengapa demikian dan bagaimana solusianya? bahwa seorang siswa atau
peserta didik membutuhkan suatu hal yang baru,karena denagan cara mengajar guru
berpariasi siswa dapat beljar dengan maksimal,bahkan akan lebih mudah menrima
penjelasan dari seorang guru. Disini guru harus terampil menggunakan variasi.
Pengunaan variasi di sini di maksudkan agar peserta didik terhindar dari
perasaan jenuh dan membosankan, yang menyebabkan perasaan malas menjadi muncul.
Pengajan sepantasnya tidak monoton, berulang-ulang dan menimbulkan rasa jengkel
pada diri peserta didik. Karena itu keterampilan menggunakan variasi adalah
sangat penting bagi guru sekolah dasar dalam upaya memelihara dan meningkatkan
mutu kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.
Mengadakan
variasi belahjar adlah menciptakan sesuatu yang baru dalam proses belajar
mengajar, yang mengarahkan siswa, melibatkan siswa, sehingga sekolah tidaklah
merasa sebagai beban yang berat, tetapi merasa menjadi sesuatu yang
menyenangkan. Pengertian penggunaan variasi merupakan keterampilan guru di dalam
menggunakan bermacam kemampuan untuk mewujudkan tujuan belajar peserta didik
sekaligus mengatasi kebosanan dan menimbulkan minat, gairah, dan aktifitas
belajar yang efektif. Tujuan penggunaan variasi dalam proses belajar mengajar
adalah untuk:
1. Mempertahankan kondisi
optimal siswa
2.
menghilangkan
kejenuhan dalam mengikuti proses belajar
3.
Meningkatkan
perhatian dan motivasi peserta didik
4.
Memudahkan
pencapaian tujuan pengajaran.
Adapun jenis-jenis variasi
yang bisa di pertimbangkan guru untuk di terapkan dalam pengajarannya di
sekolah, antara lain:
1.
Variasi
dalam gaya mengajar, yaitu penggunaan variasi yang berkaitan dengan gaya
mengajar guru, seperti: variasi dalam suara, variasi dalam gerak dan mimik,
posisi guru, kesenyapan, kontok pndang, pemusatan perhatian,dsb.
2.
Variasi
dalam penggunaan media, bahwa media yang di gunakan harus bervariasi. Oleh
karena itu guru harus memiliki kemampuan dalam mengenal dan memilih media.
3.
Variasi
dalam penggunaan metode, sesuaikan bahan dan karakter siswa dengan metode pengajaran
yang di olah guru dan gunakan beberapa metode untuk satu penyampaian
pengarjaran.
4.
Variasi
dalam pola interaksi yaitu gunakan pola interaksi multi ara artinya antara guru
dengan peserta didik, atau peserta didik dengan pesrta didik lain dan guru.
Di sisi lain, untuk
menghilangkan kejenuhan dalam proses belajar mengajar, selain menggunakan
variasi, proses belajar mengajar juga harus menyenangkan. Dave Maieer(2002)
dalam bukunya ” The accelerated learnig henbook” mengatakan; Menyenangkan dalam
keadaan gembira bukan berarti mencipatakan suasana ribut dan hura-hura.
Kegembiraan di sini bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh serta
terciptanya makna, pemahaman (penguasaan materi yangt di pelajari), dan nilai
yang membahagiakan pada diri si pemelajar. Itu semua adalah kegembiaraan dalam
melahirkan sesuatu yang baru. Dan menciptakan kegembiaraan jauh lebih penting
daripada teknik atau metode atau media yang mungkin di pilih untuk di gunakan.
Untuk membangun suasana menyenangkan lanjut Mayye pada beberapa rumusan yang di
ajukan:
1.
Bangkitnya
minat belajar.
Dalam kamus bahasa
indonesia, kata minat di artikan sebagai ”kecenderungan hati yang tinggi
terhadap sesuatu”. Dalam bahasa yang lebih simpel minat di artikan juga dengan
”gairah atau keinginan menggebuh-gebuh.
2.
Adanya
keterlibatan penuh si pemelajar dalam mempelajari sesuatu
3.
Terciptanya
makna
Makna berkaitan erat dengan
masing-masing peribadi. Makna kadang muncul secara sangat kuat dalam konteks
yang personal .
4.
Pemahaman
atas materi yang di pelajari.
5.
Tentang
nilai yang membahagiakan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Beberapa peran
guru di jelaskan di bawah ini:
1.
Guru
sebagai sumber belajar
2.
Guru
sebagai Fasilitator
3.
Guru
sebagai pengelola
4.
Guru
sebagai deomstrator
5.
Guru
sebagai pembimbing
6.
Guru
sebagai motivator
7.
Guru
sebagai evaluator
Diantaranya terdapat tiga landasan dalam kerja pembelajaran tersebut,
yaitu landasan filosofis,landasan sosiologis dan landasan psikologis.
a.
Peran
landasan filosopis dalam memecahkan persoalan pembelajaran di indonesia
b.
Peran
landasan sosiologis dalam memecahkan persoalan pembelajaran di indonesia
c.
Peran
landasan psikologis dalam memecahkan persoalan pembelajaran di indonesi.
Untuk membangun suasana
menyenangkan lanjut Mayye pada beberapa rumusan yang di ajukan:
a.
Bangkitnya
minat belajar.
b.
Adanya
keterlibatan penuh si pemelajar dalam mempelajari sesuatu
c.
Terciptanya
makna
d.
Pemahaman
atas materi yang di pelajari.
e.
Tentang
nilai yang membahagiakan
B. SARAN
Setelah kami menggrjakan
makalah ini, kami menginginkan
makalah ini dapat berguna bagi kami dan orang yang membaca makalah ini. dan tak
lua pula kita mengucapkan Alhamdulillah atas berkat dan karunia allalah
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. dan semoga makalah ini mendapat
berkah dari-NYA.
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER: http://Pendidikan peternakan-hariyatun.blogspot.co.id/2012/04
landasan-pembelajaran-soal-soal-html?m=1
SUMBER: Buku strategi
pembelajaran,berorientasi standar proses pendidikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar