KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat serta
hidayahNya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang membahas
tentang “Model Mengajar dalam Pembelajaran”
Dalam
makalah ini di jelaskan penjelasan dari bagaimana model model mengajar yang
baik dalam pembelajaran sehingga lebih efektif dan efisien . Materi ini sangat
perlu diketahui bagi kita terutama yang bergelut dibidang administrasi
pendidikan dimana sekarang ini sangat dibutuhkan keterampilan, sikap dan
pngetahuan yang baik seorang guru dalam proses pembelajaran.
Kritik
dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Ucapan terima kasih
kami ucapkan yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu dalam proses
pembuatan makalah ini. Sekian dan terima kasih
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik secara terprogram agar peserta didik mampu belajar
secara aktif. Proses pembelajaran dilakukan untuk mengembangkan kreativitas
peserta didik. Problematika yang dihadapi oleh pendidik dalam proses
pembelajaran masih berkisar pada penggunaan metode lama yang sudah ketinggalan.
Proses pembelajaran masih menempatkan peserta didik sebagai obyek pendidikan,
padahal proses pembelajaran harus mengacu pada student centered (berpusat pada
peserta didik). Untuk mengatasi problematika yang dihadapi dalam pembelajaran,
terdapat beberapa model pembelajaran, di antaranya model pembelajaran alam
sekitar, model pembelajaran sekolah, model individual, dan model klasikal.
Model pembelajaran tersebut pada dasarnya dapat diterapkan sesuai situasi,
kondisi, materi, dan bahan pelajaran yang diajarkan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
dikatakan efektif, jika mampu memberikan pengalaman baru kepada peserta didik,
membentuk kompetensi peserta didik serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin
dicapai secara optimal.
Model mengajar yang tidak efektif menjadi penghambat
kelancaran proses pembelajaran, sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang
sia-sia. Oleh karena itu, model yang diterapkan oleh seorang pendidik akan
berdaya guna dan berhasil guna jika mampu dipergunakan dalam mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.
Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang
kompleks. Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang pendidik
untuk membelajarkan peserta didiknya dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan.11 Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan
interaksi dua arah dari seorang pendidik dan peserta didik yang terjalin
komunikasi yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Dalam proses pendidikan, model yang tepat guna
mengandung nilai intrinsik
dan
ekstrinsik sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai merealisasikan
nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan. Antara model, kurikulum
dan tujuan pendidikan mengandung relevansi dan operasional dalam proses pendidikan.
Proses pendidikan mengandung makna internalisasi dan transformasi nilai nilai
ke dalam pribadi manusia dalam upaya membentuk pribadi muslim yang beriman,
bertakwa dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Seorang pendidik sangat
berperan dalam perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya
secara optimal. Seorang pendidik dituntut untuk mampu membangkitkan kreativitas
peserta didik.
Minat,
bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak
akan berkembang secara opti
mal
tanpa bantuan pendidik. Dalam kaitan ini pendidik perlu memerhatikan peserta didik
secara individual, karena antara peserta dengan yang lain memiliki perbedaan yang
sangat mendasar.
B.
RumusanMasalah
1. Apa
yang di maksud model mengajar ?
2. Apa
definisi dari pembelajaran ?
3. Bagaimana model mengajar yang baik dalam pembelajaran ?
4. Apa saja problematika yang dihadapi saat mengajar ?
5. Bagaimana cara mengatasi kesulitan dalam mengajar ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
definisi dari model mengajar.
2. Memahami
definisi dari pembelajaran.
3. Mengetahui bagaimana model mengajar yang baik dalam proses
pembelajaran
4. Memahami apa saja problematika yang dihadapi saat mengajar
5. Mengetahui cara mengatasi kesulitan dalam mengajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Model
Mengajar dan Pembelajaran
Model Mengajar
Model diartikan sebagai pola dari sesuatu
yang akan dibuat atau dihasilkan.Model diartikan sebagai kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model dapat
dipahami sebagai suatu tipe atau desain suatu deskripsi atau analogi yang
dipergunakan untuk membantu proses suatu visualisasi yang tidak dapat dengan
langsung diamati; suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja; dan
penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk
aslinya. Jadi, model dirancang untuk mewakili yang sesungguhnya, walaupun model
itu sendiri. Sedangkan mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada peserta
didik.
Dalam pengertian
yang luas, mengajar diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi dan
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan peserta didik,
sehingga terjadi proses pembelajaran. Mengajar juga diartikan sebagai kegiatan pembinaan
yang terkait dengan ranah kognitif dan psikomotorik. Jadi, mengajar pada
dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan
yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsung proses pembelajaran. Mengajar
sebagai upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan
pembelajaran bagi peserta didik. Kondisi itu diciptakan sedemikian rupa
sehingga membantu perkembangan peserta didik secara optimal baik fisik maupun
mental. Unsur terpenting dalam mengajar ialah merangsang serta mengarahkan
peserta didik belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar
mendorong peserta didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap,
ide, dan apresiasi yang mengarah kepada perubahan tingkah laku dan perkembangan
peserta didik.
Keterampilan
mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks sebagai integrasi
dari berbagai kompetensi pendidik secara utuh dan menyeluruh. Keterampilan mengajar
yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran adalah keterampilan
bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan
menutup pelajaran, membina diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta
mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Seorang pendidik yang profesional harus
mampu melaksanakan pengajaran dari awal sampai akhir proses pembelajaran dengan
baik. Cara mengajar pendidik yang baik merupakan kunci dan prasyarat bagi peserta
didik untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolok ukur bagi peserta
diidik telah belajar dengan baik ialah apabila peserta didik dapat mempelajari
apa yang seharusnya dipelajari, sehingga indicator hasil belajar yang
diinginkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Dari pengertian tersebut dapat dipahami
bahwa model mengajar adalah kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan tertentu serta berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran
bagi para pendidik dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model mengajar
tidak hanya memiliki makna deskriptif dan kekinian, akan tetapi juga bermakna
prospektif dan berorientasi ke masa depan.
Pembelajaran
Pembelajaran diartikan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia disebutkan pembelajaran artinya proses atau cara menjadikan
orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran terjemahan dari kata
“instruction” yang terdiri dari self instruction (dari dalam internal) dan
eksternal instruction (dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat internal antara
lain datang dari pendidik yang disebut teaching atau pengajaran. Pembelajaran yang
bersifat eksternal prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya menjadi prinsip
pembelajaran. Pembelajaran sebagai suatu sistem instruksional diartikan sebagai
perangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan.
Pembelajaran secara sederhana diartikan
sebagai sebuah usaha memengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang
agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran terjadi proses
pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui
interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran berbeda dengan mengajar yang
pada prinsipnya menggambarkan aktivitas pendidik, sedangkan pembelajaran
menggambarkan aktivitas peserta didik. Menurut Dimyati dan Mudjiono,
pembelajaran adalah kegiatan pendidik secara terprogram dalam desain
instruksional untuk membuat peserta didik belajar aktif yang menekankan pada
penyediaan sumber belajar. Kokom Komalasari memberikan pengertian pembelajaran
sebagai berikut: Suatu sistem atau proses menjelaskan subjek didik/pembelajar
yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis
agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara
efektif dan efisien. Menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah upaya
mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
Kegiatan ini meliputi unsur manusiawi, material fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling memengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Unsur manusiawi ini
meliputi peserta didik, pendidik dan tenaga lainnya
Dari beberapa pengertian di atas, yang dimaksud dengan pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang melibatkan pendidik, peserta didik dan komponen
lainnya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan pendidik
dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam
situasi edukatif dan ditunjang oleh berbagai unsur lainnya untuk mencapai
tujuan yang telah dirumuskan. Pembelajaran dapat berhasil jika ada feed back
atau balikan yang baik antara pendidik dengan peserta didik. Pendidik harus
berusaha sebaik mungkin agar peserta didik dapat membentuk tingkah laku yang diinginkan
dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir dan memahami
yang dipelajari, sehingga membentuk suatu perubahan pada diri peserta didik
sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing. Jika sudah terjadi feed
back antara pendidik dan peserta didik, diharapkan tujuan pembelajaran
tersebut dapat tercapai. Pada hakikatnya pembelajaran merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik secara terprogram agar peserta didik mampu belajar
secara aktif. Proses pembelajaran dilakukan untuk mengembangkan aktivitas dan
kreativitas peserta didik.
Darsono mengemukakan ciri-ciri pembelajaran sebagai berikut:
a.
Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis;
b.
Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi peserta didik dalam
belajar;
c.
Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang
bagi peserta didik;
d.
Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik;
e.
Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan menyenangkan
bagi peserta didik;
f.
Pembelajaran dapat membuat peserta didik siap menerima pelajaran, baik secara
fisik maupun psikologis.
Adapun prinsip-prinsip pembelajaran adalah prinsip
motivasi, prinsip individualitas, prinsip orientasi pada tujuan, prinsip
pemusatan perhatian, prinsip latar belakang, prinsip keterpaduan atau
globalisasi, prinsip korelasi dan konsentrasi, prinsip aktivitas dan pemecahan
masalah, prinsip kebebasan, prinsip kemudahan dan kegembiraan. Prinsip pembelajaran tidak berdiri sendiri, tetapi
berhubungan satu sama lain, berinteraksi dalam proses dan kegiatan pembelajaran.
Pendidik dan peserta didik seharusnya menguasai atau mengetahui prinsip-prinsip
pembelajaran. Bukan hanya sebatas mengetahui dan menguasainya, tetapi memiliki
kemampuan dalam pelaksanaan proses dan kegiatan pembelajaran. Sebagai suatu
sistem, pembelajaran meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan,
peserta didik, pendidik, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu
tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar semua
komponen terjadi kerjasama, karena itu pendidik tidak hanya memerhatikan
komponenkomponen tertentu saja, tetapi ia harus memerhatikan dan
mempertimbangkan komponen secara keseluruhan. Tinjauan tentang Model Mengajar
dalam Pembelajaran Problematika dan Kasus dalam Proses Pembelajaran Pengalaman
di antara para pendidik dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa ada
beberapa sekolah, model mengajarnya membuat para peserta didik dalam mengikuti
proses pembelajaran tidak fokus dan nyaman. Ada pendidik yang menyuruh peserta
didik mencatat bahan pelajaran yang sudah dalam buku atau menceritakan hal-hal
yang tidak perlu. Sering pula ditemukan waktu interaksi antara pendidik dan
peserta didik tidak dimanfaatkan dengan baik. Pendidik terkadang suka
memaksakan kehendaknya kepada peserta didik sesuai dengan keinginannya. Ada
juga pendidik untuk memudahkan tugasnya meminta salah seorang peserta didik
untuk mencatat di papan tulis dan kegiatan-kegiatan lainnya yang kurang perlu.
Sedangkan pendidik yang bersangkutan istirahat di ruang guru atau duduk di
kelas dengan kegiatannya sendiri yang tidak berkaitan dengan proses
pembelajaran. Model mengajar seperti kasus yang dikemukakan sebelumnya tentu
saja dipandang tidak mendidik. Peserta
didik seharusnya belajar dan berpikir tanpa tekanan, tetapi ia harus
mendapatkan bimbingan dan arahan dari pendidik yang menganut prinsip
kemerdekaan berpikir dan mengemukakan pendapat. Dilihat dari segi pemanfaatan
sumber daya, seringkali sarana dan prasarana proses pembelajaran di kelas,
laboratorium, perpustakaan, dan di tempat praktek kerja belum dimanfaatkan
secara maksimal. Padahal pemanfaatan dan pengembangan sumber belajar harus
dioptimalkan. Salah satu fungsi proses pembelajaran adalah menyiapkan tenaga
kerja terdidik, terampil dan terlatih serta sebagai sarana untuk menyiapkan penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, pengembangan sumber belajar
merupakan faktor yang menentukan dalam peningkatan kualitas pendidikan. Sekolah
harus menyiapkan dan mengembangkan sumber belajar, seperti tersedianya ruang
praktikum/laboratorium dan perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar.
Sekolah yang berkualitas adalah sekolah yang mampu mengelola dan mengembangkan
sumber belajar secara optimal. Problematika yang lain adalah masih adanya
kepala sekolah tidak memanfaatkan kesempatan yang ada untuk melakukan evaluasi
tentang program pembelajaran. Kepala sekolah tersebut terkesan membiarkan para
pendidik menggunakan model mengajar yang monoton atau bersifat rutin belaka,
sehingga kepala sekolah tidak mengetahui mana yang harus diperbaiki dan mana
yang harus dikembangkan dalam program pembelajaran. Seharusnya kepala sekolah
memotivasi para pendidik menggunakan model mengajar yang dapat memberi jaminan
bahwa pembelajaran dilakukan atas dasar prinsip-prinsip pedagogik. Dukungan
kepala sekolah ini diujudkan dalam bentuk menyediakan fasilitas yang diperlukan
untuk program pembelajaran.
B.
Kategori Model Mengajar dalam Pembelajaran
Dalam model mengajar ada empat kategori yang penting diperhatikan
oleh seorang pendidik, yaitu:
1. Model Pemrosesan
Informasi (Information Processing Models).
Model
ini menjelaskan cara individu memberi respon yang datang dari lingkungannya dengan
cara mengorganisasikan data, memformulasikan masalah, membangun konsep, dan
rencana pemecahan masalah serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non
verbal. Model ini memberikan kepada peserta didik sejumlah konsep, pembuktian hipotesis,
dan memusatkan perhatian pada pengembangan kemampuan kreatif. Model pengelolaan
informasi ini secara umum dapat diterapkan pada sasaran belajar dari berbagai
usia dalam mempelajari individu dan masyarakat. Karena itu, model ini potensial
untuk digunakan dalam mencapai tujuan yang berdimensi personal dan sosial di
samping yang berdimensi intelektual.
2.
Model Personal (Personal Family)
Model
personal merupakan rumpun model pembelajaran yang menekankan pada proses
mengembangkan kepribadian individu peserta didik dengan memerhatikan kehidupan
emosional. Proses pendidikan diusahakan untuk memungkinkan seseorang dapat
memahami dirinya sendiri dengan baik, memikul tanggung jawab, dan kreatif untuk
mencapai kualitas hidup yang lebih baik.Model ini memusatkan perhatian pada
pandangan perseorangan dan berusaha menggalakkan kemandirian yang produktif,
sehingga manusia semakin sadar diri dan bertanggung jawab atas tujuannya.
3.
Model Sosial (Social Family)
Model
sosial menekankan pada usaha mengembangkan kemampuan peserta didik agar
memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain sebagai usaha membangun
sikap peserta didik yang kreatif, bertanggung jawab, dan demokratis dengan
menghargai setiap perbedaan dalam realitas sosial. Inti dari model sosial ini adalah
konsep “synergy” yaitu energi atau tenaga (kekuatan) yang terhimpun
melalui kerjasama sebagai salah satu fenomena kehidupan masyarakat. Dengan
menerapkan model sosial pembelajaran diarahkan pada upaya melibatkan peserta
didik dalam menghayati, menerapkan, dan menerima fungsi dan peran sosial. Model
sosial ini dirancang untuk memanfaatkan fenomena kerjasama, membimbing peserta
didik mendefinisikan masalah, mengeksplorasi berbagai cakrawala mengenai
masalah, mengumpulkan data yang relevan, dan mengembangkan serta mengetes
hipotesis. Oleh karena itu, pendidik sebaiknya mengorganisasikan belajar melalui
kerja kelompok dan mengarahkannya.
4.
Model Sistem Perilaku dalam Pembelajaran (Behavioral Model of Teaching)
Model
ini dibangun atas dasar kerangka teori perubahan perilaku. Melalui teori ini
peserta didik dibimbing untuk memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku
ke dalam jumlah yang kecil dan berurutan.
Keempat kategori model mengajar tersebut telah
dikembangkan dan diuji keberlakuannya oleh para pakar pendidikan. Keempat
kategori ini termasuk ke dalam pengajaran sebagai sistem, memiliki ciri-ciri
dan prinsip yang sama. Perbedaannya adalah terletak pada penggunaan perangkat
keras atau alat-alat teknologi yang digunakan dalam mengimplementasikannya.
Model Mengajar dalam Pembelajaran Untuk mengatasi berbagai problematika dalam
pelaksanaan pembelajaran sebagaimana telah dikemukakan pada pembahasan
sebelumnya, diperlukan model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan
pendidik melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik.
Model
mengajar dalam pembelajaran itu antara lain adalah:
Model
Pembelajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan peserta didik dengan alam
sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar. Perintis gerakan ini antara
lain adalah Fr. Finger (1808-1888) di Jerman dengan “heimatkunde” (pengajaran
alam sekitar), dan J. Ligthart (1859-1916) di Belanda dengan “Het Volle Leven”
(kehidupan senyatanya).38 Beberapa prinsip gerakan “heitmakunde” adalah sebagai
berikut:
a. Dengan pengajaran alam sekitar itu, guru dapat memeragakan secara
langsung sesuai dengan sifat-sifat
dan dasar-dasar pengajaran;
b. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya
agar peserta didik aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar, catat saja;
c. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran
totalias, yaitu suatu bentuk dengan ciri-ciri:
(1) suatu pengajaran yang tidak mengenai pembagian
mata pengajaran dalam daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengajaran
dan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan,
(2) suatu pengajaran yang menarik minat, karena
segala sesuatu dipusatkan atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian
anak dan diambilkan dari alam sekitarnya, dan
(3) suatu pengajaran yang memungkinkan segala bahan
pengajaran itu berhubung- hubungan satu sama lain seerat-eratnya secara
teratur;
d. Pengajaran alam sekitar memberi kepada peserta didik bahan
apersepsi intelektual yang kukuh dan tidak verbalitas;
e. Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karena
alam sekitar mempunyai ikatan emosional dengan peserta didik.
Alam sekitar tidak berbeda untuk anak-anak
maupun orang dewasa, segala kejadian di alam sekitarnya merupakan sebagian dari
hidupnya sendiri dalam sukamaupun duka seperti kelahiran, kematian, pesta,
panen, gotong-royong, dan sebagainya. Alam sekitar sebagai fundamen pendidikan
dan pengajaran memberikan dasar emosional, sehingga peserta didik menaruh
perhatian yang spontan terhadap segala sesuatu yang diberikan kepadanya. J.
Ligthart (1859-1916) mengemukakan pegangan dalam “Het Volle Leven” yaitu:
(1)
Peserta didik harus mengetahui barangnya terlebih dahulu sebelum mendengar namanya,
(2) Pengajaran harus mendasarkan pada pelajaran selanjutnya atau mata pelajaran
yang lain harus dipusatkan atas pengajaran itu, dan
(3)
Haruslah diadakan perjalanan memasuki hidup senyatanya ke semua jurusan, agar
peserta didik memahami hubungan antara berb9agai macam lapangan dalam hidupnya.
Pokok-pokok pendapat pengajaran alam tersebut telah
banyak dilakukan di sekolah, baik dengan peragaan, penggunaan bahan lokal dalam
pengajaran dan lain lain. Mengacu pada konsep pendidikan alam sekitar, beberapa
tahun terakhir ini telah ditetapkan adanya materi pelajaran muatan lokal dalam
kurikulum, termasuk penggunaan alam sekitar. Dengan kurikulum muatan lokal
tersebut diharapkan peserta didik semakin dekat dengan alam sekitar dan
masyarakat lingkungannya. Di samping alam sekitar sebagai isi bahan ajar, alam
sekitar juga menjadi kajian empiric melalui percobaan, studi banding, dan
sebagainya. Dengan memanfaatkan sumbersumber dari alam sekitar dalam kegiatan
pembelajaran, dimungkinkan peserta didik akan lebih menghargai, mencintai, dan
melestarikan lingkungan alam sekitar sebagai sumber kehidupannya.
Model
Pembelajaran Sekolah Kerja
Gerakan
sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan- pandangan
yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. Tokoh pendidikan
sekolah kerja ini adalah G. Kerschensteiner (1854-1932) dengan konsep “Arbeitschule”
(Sekolah Kerja) di Jerman. Sekolah kerja bertolak dari pandangan bahwa
pendidikan tidak hanya demi kepentingan individu, tetapi juga demi kepentingan masyarakat.
Dengan kata lain sekolah berkewajiban menyiapkan Negara yang baik yakni:
(a)
tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan;
(b)
tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara; dan
(c)
dalam menunaikan kedua tugas tersebut harus diusahakan kesempurnaannya, agar dengan
jalan itu tiap warga negara ikut berbuat sesuai dengan kesusilaan serta menjaga
keselamatan negara.
Tujuan
sekolah kerja ini menurut G. Kerschensteiner sebagai pencetus sekolah kerja
adalah sebagai berikut:
a. Menambah pengetahuan
anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku atau orang lain, dan yang
didapat dari pengalaman sendiri;
b. Agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran
tertentu;
c. Agar anak dapat
memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi negara.
G. Kerschensteiner berpendapat bahwa kewajiban utama
sekolah adalah mempersiapkan anak-anak untuk dapat bekerja. Bekerja di sini
bukan pekerjaan otak yang dipentingkan, melainkan pekerjaan tangan.
Di Indonesia sekolah kerja dikenal dengan sekolah
menengah kejuruan (SMK) yang bertujuan untuk menyiapkan peserta didik untuk
siap bekerja atau menggunakan keterampilan yang diperoleh setelah tamat dari sekolah
tersebut. Peranan sekolah kejuruan merupakan tulang punggung penyiapan tenaga
terampil yang diperlukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Bagi para
generasi muda Indonesia, pendidikan keterampilan itu sangat diperlukan terlebih
bagi setiap orang yang akan memasuki lapangan kerja atau menciptakan lapangan
kerja.
Model
Pembelajaran Individual
Sejak
lama diketahui adanya perbedaan berbagai individu, termasuk dalam gaya belajar
peserta didik. Peserta didik memproduksi sendiri pengetahuan secara teliti, lebih
teliti, dan lebih dalam terhadap konsep pembelajaran. Pembelajaran secara
individual tampak pada perilaku atau kegiatan pendidik dalam mengajar yang
menitikberatkan pada pemberian bantuan dan bimbingan belajar kepada tiap-tiap
peserta didik secara individual. Susunan tujuan belajar yang didesain untuk
belajar mandiri harus disesuaikan dengan karakteristik individual dan kebutuhan
tiap peserta didik. Bentuk-bentuk belajar mandiri antara lain adalah self
intruction (semacam modul), independent study, individualized
prescribed instruction, dan self pacet learning. Untuk tujuan
belajar meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotorik lebih banyak ditempuh
belajar mandiri. Pada pembelajaran secara individual, pendidik memberikan
bantuan belajar kepada tiap-tiap pribadi peserta didik sesuai mata pelajaran
yang diajarkan oleh pendidik yang bersangkutan. Perilaku pembelajaran individual
ini pendidik akan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada tiaptiap individu
peserta didik untuk dapat belajar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki peserta
didik. Peserta didik tiap-tiap memiliki kesempatan untuk mengembangkan
kemampuan yang dimiliki. Artinya, setiap individu memiliki paket belajar secara
individual yang sesuai dengan tujuan belajarnya secara individual juga. Dalam
pembelajaran secara individual, masing-masing peserta didik menyusun program
belajar-nya sendiri, peserta didik mempunyai keleluasaan belajar berdasarkan kemampuannya
sendiri, mempunyai kedudukan yang bersifat sentral, yang menjadi pusat
pelayanan dalam pembelajaran. Posisi pendidik dalam model pembelajaran
individual adalah membantu peserta didik membelajarkan peserta didik, membantu
merencanakan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan kemampuan dan daya
dukung yang dimiliki peserta didik. Pendidik membicarakan kepada peserta didik
mengenai pelaksanaan belajarnya, mengemukakan kriteria keberhasilan belajar,
dan menentukan alokasi waktu maupun kondisi belajar yang tepat bagi peserta
didik secara individual. Peran pendidik selanjutnya adalah sebagai penasehat
atau pembimbing belajar, membantu peserta didik untuk mengadakan penilaian
belajar dan kemajuan yang telah dicapainya. Pendidik mengorganisasikan kegiatan
belajar yaitu mengatur dan memonitor kegiatan belajar peserta didik sejak awal
sampai akhir sesuai schedule yang disepakati. Model pelayanan belajar secara
individual ini menggunakan pendekatan yang terbuka antara pendidik dan peserta
didik, yang bertujuan menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi
hubungan yang harmonis antara pendidik dengan peserta didik dalam belajar.
Model
Pembelajaran Klasikal
Group presentation adalah kegiatan penyampaian pelajaran kepada
sejumlah peserta didik, yang biasanya dilakukan oleh pendidik dengan berceramah
di kelas. Pembelajaran klasikal mencerminkan kemampuan utama pendidik, karena
pembelajaran klasikal ini merupakan kegiatan pembelajaran yang tergolong efisien.
Pembelajaran secara klasikal ini memberi arti bahwa seorang pendidik melakukan
dua kegiatan sekaligus yaitu mengelola kelas dan mengelola pembelajaran.
Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya
kegiatan pembelajaran secara baik dan menyenangkan yang dilakukan di dalam
kelas diikuti sejumlah peserta didik yang dibimbng oleh seorang pendidik.
Pendidik dituntut kemampuannya menggunakan teknik penguatan dalam pembelajaran
agar ketertiban belajar dapat diwujudkan. Pengajaran klasikal dirasa lebih
sesuai dengan kurikulum yang sama, yang dinilai melalui ujian yang sama pula. Buku
pelajaran yang diterbitkan oleh pemerintah untuk digunakan oleh peserta didik
juga sama bagi semua tingkatan pendidikan. Buku paket tersebut dapat dipadukan dengan
buku lain yang sama materinya. Itu pun berlaku bagi pendidik kreatif dalam
mengembangkan materi pelajaran dengan tidak hanya menggunakan satu buku paket
untuk satu mata pelajaran. Belajar secara klasikal cenderung menempatkan
peserta didik dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan pelajaran. Upaya mengaktifkan
peserta didik dapat menggunakan metode tanya jawab, diskusi, demonstrasi, dan
lain-lain yang sesuai
dengan materi pelajaran dan latar belakang kemampuan peserta didik.
Model ini memiliki karakteristik yang memberikan suasana belajar individual dan
kelompok serta pencapaian keterampilan sosial. Model ini juga dapat digunakan
untuk mencapai tujuan yang bersifat akademis.
Problematika dalam mengajar dan cara mengatasinya
v
Kurangnya
pengetahuan dari seorang guru. Dimana pada saat akan dilakukan proses
pembelajaran, tenaga pendidik tidak melakukan persiapan sebelumnya. Yakni guru
juga harus mengetahui lebih dalam materi
yang akan diajarkan. Agar bila terdapat siswa yang kurang paham terhadap materi
bahan ajar . guru dapat dengan lancar menjelaskan materi tersebut. Oleh karena
itu diperlukan pendalaman materi
v
Sikap seorang guru
justru harus mencerminkan sikap bagaimana dalam proses pembelajaran,. Karena
siswa akan meniru sikap dan tingkah laku dari seorang pengajarnya.
v
Keterampilan seorang
guru Juga harus diperhatikan. Sehingga dengan keterampilan yang baik , maka
akan menghasilkan pembelajaran yang PAIKEM. Yakni Pembelajarn Aktif Inovatif
Kreatif Efektif dan Menyenangkan
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan makalah tentang model mengajar dalam pembahasan, penulis mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Model mengajar
merupakan kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang
sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
tertentu serta berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para
pendidik dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model mengajar tidak hanya
memiliki makna deskriptif dan kekinian, akan tetapi juga bermakna perspektif
dan berorientasi ke masa depan.
2. Problematika yang dihadapi oleh pendidik
dalam proses pembelajaran masih berkisar pada penggunaan metode lama yang
seharusnya tidak dipakai lagi. Proses pembelajaran yang masih menempatkan
peserta didik sebagai obyek pendidikan. Padahal proses pembelajaran harus
mengacu pada student centered (berpusat pada
peserta didik).
3. Untuk mengatasi
problematika yang dihadapi dalam mengajar, ada beberapa model mengajar dalam
pembelajaran, di antaranya model pembelajaran alam sekitar, model pembelajaran
sekolah, model individual, dan model klasikal. Model mengajar dalam
pembelajaran tersebut pada dasarnya dapat diterapkan sesuai situasi, kondisi,
materi, dan bahan pelajaran yang diajarkan dalam proses pembelajaran tersebut.
B.
Saran
·
Dalam melakukan
presentasi makalah, sebaiknya sumber yang digunakan bukan hanya dari internet. Tetapi juga dari buku atau
media lainnya.
·
Pada proses Tanya
jawab, sebaiknya disertai dengan penjelasan yang lebih lanjut agar dapat lebih
dipahami.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Aziz, M. Farid, 2001, Belajar Sendiri
Pemrograman PHP 4. PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
·
Hartono, Jogiyanto, 1989, Analisis
& Disain Sistem Informasi: Pendekatan
Terstruktur Teori dan Praktek model
mengajar.Andi Offset, Yogyakarta.
·
Herlambang, Soendoro, dan Haryanto
Tanuwijaya, 2005, metode pembelajaran dan cara mengajar. Graha Ilmu,
Yogyakarta.
·
Kadir, Abdul, 2002, problematika pembelajaran.
Andi Offset, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar