BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sukses
bertumpu pada dua hal yaitu kemampuan dan kemauan. Sukses belajar misalnya sangat tergantung pada ketrampilan belajar yang dimiliki dan seberapa kuat ia maumenggunakannya. Tingkat
kemauan (atau motivasi) orang berbeda-beda. karena alasan (motif) yang berkait
dengan kebutuhan untuk kegiatan yang sama, dapat berbeda-beda.Motivasi memang
berhubungan upaya memenuhi kebutuhan. Makin besar kebutuhan makin besar pula
dorongan dalam diri seseorang untuk mau melakukan sesuatu. Karena itu peran motivasi untuk menunjang
keberhasilan sangat penting. Masalahnya, bagaimana cara
memotivasi diri sendiri dan juga orang lain?
Berbagai
pelatihan, kuliah, seminar, workshop, ditujukan terutama untuk
keperluan peningkatan kemampuan. Namun, tidak otomatis, bahwa kemampuan tinggi membawa kemauan yang besar. Banyak faktor memberi pengaruh
pada beser-kecilnya motivasi. Kemampuan tinggi dari para karyawan, jadi tidak
bermakna bila mereka tidak mau bekerja giat untuk mencapai hasil kerja yang
optimal. Pertanyaan penting yang terlintas di benak kami. Bagaimana
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemauan (motivasi) orang lain, dan terutama untuk diri sendiri? Inti mempimpin adalah memotivasi. Memang, tantangan bagi pimpinan adalah bagaimana memotivasi anggotanya.
B. Rumusan Masalah
A. Apa pengertian motivasi ?
B. Apa saja jenis-jenis motivasi ?
C. Teknik-teknik
motivasi apa saja dalam proses pembelajaran ?
D. Bagaimana
peranan guru dalam motivasi belajar siswa ?
E. Apa fungsi motivasi ?
F. Bagaimana strategi motivasi ?
C. Tujuan
A. Mengethaui
pengertian motivasi.
B. Mengetahui
jenis-jenis motivasi.
C. Mengetahui
teknik-teknik
motivasi apa saja dalam proses pembelajaran.
D. Mengetahui
peranan guru dalam motivasi belajar siswa.
E. Mengetahui fungsi motivasi.
F. Mengetahui strategi motivasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Motivasi Belajar
Kata motivasi, menurut kata akarnya,
berasal dari kata latin “movere”, lalu menjadi “to move, motion” dalam Bahasa
Inggris (luthas, 1973) dengan makna “pindah, bergerak; dorongan untuk bergerak”
.jadi kata motivasi dalam hal ini mengandung makna daya gerak, daya dorong atau
penyebab seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan .
Pendapat di atas memperjelas bahwa
motivasi merupakan penggerak utama dari setiap perilaku atau perbuatan manusia,
termasuk tentunya perbuatan belajar.
Dengan demikian dalam proses belajar di perlukan adanya motivasi.
B.
Jenis-jenis
Motivasi Belajar
Motivasi
belajar tersebut pada garis besarnya di bedakan menjadi atas:
1. Motivasi
intrinsic yaitu motivasi belajar yang berasal atau timbul dalam dari dalam diri
individu sendiri. Didalamnya termasuk antara lain:
a. Perasaaan
ingin tahu tentang sesuatu, seperti keinginan untuk mengetahui isi suatu buku
menyebabkan yang bersangkutan membaca, keinginan untuk mengetahui informasi
menyebabkan seseorang bertanya kepada sumber informasi ataukah menyelidiki
informasi tersebut.
b. Berbagai
jenis ambisi pribadi, seperti : ambisi untuk menduduki jabatan tertentu
menyebabkan individu melakukan berbagai jenis perbuatan untuk mencapai
ambisinya tersebut , misalnya :menjilat atasan , menyogok , berprestasi dan
sebagainya.
c. Berbagai
jenis kondisi belajar intern yang telah di miliki individu, seperti :
-Kematangan Belajar
Seseorang yang telah
matang belajar lebih mudah belajar di bandingkan dengan yang belum matang.
-Belajar untuk belajar
Hasil belajar yang
telah di peroleh sebelumnya menjadi modal yang mempengaruhi proses belajar
selanjutnya.
-Kemampuan belajar
Seseorang yang memiliki
kemampuan belajar tinggi memungkinkan ia dapat belajar lebih baik di bandingkan
dengan seseorang yang kemampuannya belajarnya lebih rendah.
-Kumpulan persepsi dan
pengertian dasar
Makin banyak kita
mempunyai pengalaman dan persepsi tentang sesuatu memungkinkan kita lebih mudah
belajar .
2. Motivasi
ekstrinsik yakni motivasi yang berasal dari luar diri individu.
Jenis motivasi
ekstrinsik di antaranya ialah:
a. Berbagai
jenis kondisi belajar ekstern, seperti:
1. Penguatan (reinforcement)
Penguatan merupakan
unsur penting yang menyebabkan individu belajar. Kita mengenal berbagai cara
atau bentuk penguatan di antaranya penghargaan , pujian, hadiah, hukuman,.Dalam
rangka proses belajar-mengajar di sekolah, penguatan ini dapat di berikan sebelum
atau sesudah kegiatan belajar berlangsung. Contoh : sebelum belajar guru
menjanjikan hadiah bagi murid yang memperoleh prestasi tertinggi , pada waktu
murid tertentu menyelesaikan suatu soal atau tugas dengan baik guru memberikan
pujian sebaliknya guru memberikan teguran kepada murid yang mengerjakan salah
dan sebaliknya.
2. Kontiguitas
Sebagai unsur yang
mempengaruhi belajar, kontiguitas berarti peristiwa belajar yang terjadi secara
hampir serentak antara stimulus (rangsangan) dengan respon (jawaban). Misalnya
guru memperlihatkan sebatang pensil (sebagai rangsangan) dan murid-murid secara
serempak menyebut kata pensil (sebagai respon).
3. Latihan
Yang di maksud dengan
latihan dalam hal ini adalah mengulang respon (jawaban) sewaktu adanya stimulus
(rangsangan). Mengulangi hubungan stimulus-respon maksudnya membuat apa yang
kita pelajari sedemikian rupa sehingga dapat bertahan lebih lama.
b. Mempersiapkan
siswa untuk menerima informasi baru atau menerima pelajaran.
Dilihat dari segi
guru,mengajar pada hakikatnya bukan hanya berarti bahwa guru memberikan
pelajaran atau menyampaikan sejumlah informasi baru, tetapi adalah menciptakan
kondisi yang memungkinkan murid-murid untuk belajar atau menerima informasi
baru tersebut. Untuk keperluan tersebut siswa perlu di siapkan dalam hal-hal
sebagai berikut :
-Diusahakan adanya
gairah dan iklim yang memungkinkan siswa atau kelompok untuk berinisiatif dan
segera memulai belajar. Bagi guru yang sangat “dekat” atau “akrab “ dengan
siswa usaha ini sangat mudah di wujudkan.
-Membantu siswa
mengemukakan dan memperjelas tujuan-tujuan yang ingin di capai. Tujuan ini
dapat berbeda-beda ataukah seragam untuk semua murid.
-Memberikan kebebasan
yang wajar bagi setiap siswa untuk mencapai tujuan-tujuannya ataukah
menyelesaikan tugas-tugas tertentu.
-Mengorganisir
sebaik-baiknya sumber-sumber belajar agar sesuai dan bermanfaat bagi setiap
siswa.
-Mengusahakan adanya
kesesuaian atau hubungan antara apa yang di pelajari dengan kebutuhan siswa
disamping itu jangan mengubah kebulatan (integritas) pribadi siswa.
-Menyiapkan tugas-tugas
yang menantang.
-Menimbulkan situasi
persaingan yang sehat antara murid baik intern kelas maupun antar kelas.
-Menilai kebersihan
siswa dalam belajar.
-Mengontrol disiplin
kelas, dan sebagainya.
C.
Teknik-Teknik
Motivasi dalam proses Belajar
Dalam
upaya membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, terdapat sejumlah
teknik yang dapat di lakukan oleh guru. Teknik-teknik tersebut menurut Rochman
Natawidjaja (1991/1992) adalah sebagai berikut :
1. Pernyataan
penghargaan secara verbal.pernyataan verbal terhadap perilaku yang baik atau
hasil yang baik merupakan cara paling mudah yang sangat efektif untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa menuju kepada hasil belajar yang baik. 2. Menggunakan
nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan. pengetahuan atas hasil pekerjaan
merupakan suatu cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Diatas telah di
kemukakan bahwa apabila siswa tahu akan hasil belajar yang baik , hal itu akan
meningkatkan motif siswa tersebut untuk lebih giat belajar. Kadang-kadang
pengetahuan hasil belajar yang tidak baik pun dapat meningkatkan motif belajar
siswa, asalkan pengetahuan tentang hasil yang kurang baik atau kegagalan
belajarnya itu dapat mencambuk dia untuk belajar lebih baik lagi. 3. Menimbulkan
rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu merupakan daya untuk meningkatkan motif
belajar siswa. Rasa ingin tahu ini dapat ditimbulkan oleh suasana mengejutkan,
keragu-raguan, ketidaktentuan, adanya kontradiksi, menghadapi masalah yang
sulit di pecahkan, menemui suatu hal yang baru, menghadapi teka-teki. Hal-hal
tersebut di atas dapat menimbulkan semacam konflik konseptual yang membuat
siswa merasa penasaran, yang dengan sendirinya menyebabkan siswa tersebut
berupaya keras untuk memecahkannya. Dalam upaya yang keras itulah motif belajar
siswa bertambah besar.4. Memunculkan
sesuatu yang tidak di duga oleh siswa. Dalam upaya inipun guru sebenarnya
bermaksud untuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa.5. Menjadikan
tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa. Hal ini akan memberikan semacam
hadiah bagi siswa pada tahap pertama belajar yang memungkinkan siswa
bersemangat untuk belajar selanjutnya.6. Menggunakan
materi yang di kenal siswa sebagai contoh dalam belajar. Sesuatu yang telah di
kenal siswa dapat diterima dan diingat lebih mudah. Jadi gunakanlah hal-hal
yang telah diketahui siswa itu sebagai wahana untuk menjelaskan sesuatu yang
baru atau belum di pahami siswa.
Misalnya, apabila anda hendak menjelaskan tentang sesuatu tentang singa
atau harimau, gunakanlah contoh tentang kucing. Sesuatu yang telah di kenal itu
dapat menjadi penata pendahulu (advance organizer) bagi sesuatu yang baru atau
belum dipahami siswa.7. Gunakan
kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang
telah di pahami. Sesuatu yang unik , tak terduga, dan aneh akan lebih
dikenang oleh siswa daripada sesuatu
yang biasa-biasa saja. Misalnya untuk menjelaskan prinsip penyediaan (supply)
dan kebutuhan (demand) dalam ekonomi, gunakan penerapan tentang harga ganja.
Kalau anda membangun minat siswa terhadap sesuatu yang belum dikenal, maka
gunakanlah contoh-contoh yang telah dikenal (teknik tersebut dalam butir 6).
Tetapi apabila anda ingin menjelaskan penerapan konsep atau prinsip yang telah
dipelajari siswa, gunakanlah sesuatu yang unik, tak terduga, yaitu untuk
mengikat keterlibatan siswa secara senambung dalam kegiatan belajar
selanjutnya.8. Menurut
siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan jalan
ini, selain siswa belajar dengan menggunakan hal-hal yang telah dikenalnya,
juga dia dapat menguatkan pemahaman atau pengetahuannya tentang hal-hal yang
telah dipelajarinya itu.9. Menggunakan simulasi dan
permainan. Simulasi merupakan upaya untuk menerapkan sesuatu yang dipelajari atau
sesuatu yang sedang dipelajari melalui
tindakan langsung. Baik simulasi maupun permainan merupakan proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana
yang sangat menarik itu menyebabkan
proses belajar itu menjadi bermakna secara efektif
atau emosional bagi siswa. Sesuatu yang bermakna akan lestari diingat, dipahami, atau dihargai.10. Memberi kesempataan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannya didepan umum. Hal ini
akan menimbulkan rasa bangga dan dihargai
oleh umum. Pada gilirannya suasana ini akan meningkatkan motif belajar siswa.11. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dari keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar. Hal-hal positif
dari keterlibatan siswa dalam belajar
hendaknya ditekan, sedangkan hal hal yang berdampak negative seyoginya dikurangi. Dampak negatif
itu antara lain mencakup:
- Kehilangan kepercayaan diri misalnya
karena tidak diketahui orang dia tidak dapat memecahkan suatu masalah.
- Ketidaknyamanan jasmani, seperti
duduk terlalu lama.
- Kecewa karena tidak memperoleh
keuntungan
- Orang lain tidak dapat memahami apa
yang dimaksudnya
- Disuruh menghentikan pekerjaan pada
saat dia sedang sangat tertarik dengan pekerjaannya itu.
- Mengikuti ujian mengenai materi yang
belum pernah diajarkan.
- Mencoba mempelajari materi pelajaran
yang terlalu sulit untuk tingkat kemampuan pada saat ini.
12. Memahami iklim sosial dalam sekolah.
Pemahaman iklim dan suasana sekolah merupakan pendorong untuk kemudahan berbuat
bagi siswa di sekolahnya itu. Dengan pemahaman itu, dia akan mampu memperoleh
bantuan yang tepat untuk sesuatu kesulitan. 13. Memanfaatkan kewibawaan guru secara cepat.
Guru seyogianya memahami secara tepat bila mana dia harus menggunakan berbagai
manifestasi kewibawaannya kepada siswa untuk meningkatkan motif belajarnya.
Jenis-jenis pemanfaatan kewibawaan itu antara lain adalah : dalam memberi
ganjaran, dalam pengendalian perilaku siswa, kewibawaan berdasarkan hukum,
kewibawaan sebagai rujukan, dan kewibawaan karena keahlian14. Memperpadukan motif-motif yang kuat.
Seseorang siswa giat belajar mungkin karena latar belakang motif berprestasi
yang kuat. Dia dapat pula belajar karena ingin menonjolkan diri dan ingin
mendapat penghargaan, atau karena dorongan ingin memperoleh kekuatan. Apabila
motif-motif kuat seperti itu diperpadukan, maka siswa tersebut akan memperoleh
penguatan motif yang jamak, dan kemauan untuk belajar bertambah besar, sampai
mencapai keberhasilan yang tinggi. 15. Memperjelas tujuan yang hendak dicapai.
Di atas telah dikemukakan bahwa seseorang akan berbuat lebih baik dan berhasil
apabila dia memahami apa yang harus dikerjakannya, apa yang dicapai dengan
perbuatannya itu. Makin jelas tujuan yang dicapai itu, maka terarahlah upaya
untuk mencapainya. 16. Merumuskan tujuan-tujuan sementara.
Tujuan belajar dapat merupakan yang sangat luas dan jauh untuk dicapai supaya
upaya mencapai tujuan itu lebih terarah, maka tujuan-tujuan belajar yang umum
itu seyogianya dipilih menjadi tujuan-tujuan sementara yang lebih jelas dan
lebih mudah dicapai. 17. Memberitahukan hasil kerja yang telah
dicapai. Dalam belajar hal ini dapat dilakukan dengan selalu memberitahukan
nilai ujian atau nilai pekerjaan rumah. Dengan mengetahui hasil yang telah
dicapai, maka motif belajar siswa akan lebih kuat, baik itu karena ingin
mempertahankan hasil belajar yang telah baik, maupun untuk memperbaiki hasil
belajar yang kurang memuaskan
18. Membuat suasana persaingan yang sehat
diantara para siswa. Suasana ini akan memberikan kesempatan kepada para
siswa untuk mengukur kemampuan dirinya melalui kemampuan orang lain. Lain
daripada itu belajar dengan bersaing akan menimbulkan upaya belajar yang
bersungguh-sungguh. Disini digunakan pula prinsip keinginan individu untuk
selalu lebih baik dari orang lain.
19. Mengembangkan persaingan dengan diri
sendiri. Persaingan semacam ini dapat dilakukan dengan memberikan tugas
dalam berbagai kegiatan yang harus dilakukan sendiri. Dengan demikian, siswa
akan dapat membandingkan keberhasilannya dalam melakukan berbagai tugas itu.
Pada gilirannya siswa akan menggunakan cara yang telah memberikan keberhasilan
paling tinggi. 20. Memberikan contoh yang positif.
Banyak guru yang memiliki kebiasaan untuk membebankan pekerjaan para siswa
tanpa control. Biasanya ia memberikan suatu tugas kepada kelas, dan guru
meninggalkan kelas itu untuk melaksanakan pekerjaan lain. Keadaan ini tidak
baik. Untuk menggiatkan belajar siswa guru tidak cukup dengan cara memberikan
tugas saja melainkan harus dilakukan pengawasan dan pembimbingan yang memadai
selama siswa mengajarkan tugas kelas itu. Selain itu, dalam mengontrol dan
membimbing siswa mengajarkan tugas, guru seyogianya memberikan contoh yang
baik, baik dalam cara kerja maupun cara berkomunikasi dengan siswa.
D. Peranan Guru dalam Motivasi Belajar Siswa
Dalam upaya meningkatkan motif belajar
siswa, guru mempunyai peranan yang sangat besar, antara lain adalah:
1. Mengenal setiap siswa yang
diajarnya secara pribadi. Dengan mengenal setiap siswa
secara pribadi maka guru akan mampu memperlakukan setiap siswa secara tepat.
Dengan demikian, maka upaya peningkatan motif belajar siswa dapat dilakukannya
secara tepat pula. Meskipun dia berhadapan dengan sekelompok siswa dalam kelas,
apabila guru mengenal setiap siswanya secara pribadi, dia akan mampu pula
memperlakukan setiap siswa dalam kelompok secara berbeda sesuai dengan keadaan
dan kemampuan serta kesulitan dan kekuatan yang dimiliki oleh setiap siswanya
itu.
2. Memperlihatkan interaksi yang
menyenangkan. Interaksi yang menyenangkan ini akan
menimbulkan suasana aman dalam kelas. Para siswa bebas dari ketakutan akan
melakukan perbuatan yang “tidak berkenan” Bagi gurunya. Interaksi yang
menyenangkan ini dapat membuat sarana sehat dalam kelas. Suasana yang
menyenangkan dan sehat itu akan menimbulkan suasana yang mendukung untuk
terjadinya belajar. Dengan demikian, motif belajar siswa menjadi lebih baik.
3. Menguasai berbagai metode dan
tekhnikmengajar dan menggunakan secara tepat. Penguasaan
berbagai metode dan tekhnik mengajar dan penerapannya secara tepat membuat guru
mampu mengubah-ubah cara mengajarnya sesuai dengan suasana kelas sebagai akibat
dari kebosanan siswa akan suasana yang tidak berubah itu. Guru dapat
mengembalikan gairah belajar anak, antaranya dengan mengubah metode atau tekhnik
mengajar pada waktu suasana bosan itu mulai muncul.
4. Menjaga suasana kelas supaya para
siswa terhindar dari konflik dan frustasi. Suasana konflik
dan frustasi di kelas menimbulkan gairah belajar siswa menurun. Perhatian
mereka tidak lagi terhadap kegiatan belajar, melainkan kepada upaya
menghilangkan konflik dan frustasi itu. Energy mereka habis untuk memecahkan
konflik dan frustasi, sehingga mereka tidak dapat belajar. Apabila guru dapat
menjaga suasana kelas dan meniadakan konflik dan frustasi itu, maka konsentrasi
siswa secara penuh akan dapat kembalikan kepada kegiatan belajar. Konsentrasi
penuh terhadap belajar itu dapat meningkatkan motif belajar anak dan pada
gilirannya akan meningkatkan hasil belajar.
5. Memperlakukan
siswa sesuai dengan keadaan dan kemampuan. Sebagai kelanjutan dari pemahaman
siswa secara pribadi, guru dapat memperlakukan setiap siswa secara tepat sesuai
dengan hal-hal yang diketahuinya dari setiap siswa itu.
Dengan penerapan-penerapan seperti di atas, maka
guru akan mampu menempatkan diri dalam lingkungan siswa secara tepat. Pada
gilirannya dia akan mampu pula menggunakan tekhnik motivasi secara tepat, baik
dalam suasana kelompok maupun suasana individual.
E .Fungsi Motivasi
Dalam kegiatan belajar mengajar pasti ditemukan anak didik yang
malas berpartisipasi dalam belajar. Sedikit pun tidak bergerak hatinya untuk
mengikuti pelajaran dengan cara mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan. Sementara anak didik yang lain aktif berpartisipasi
dalam kegiatan.
Fungsi motivasi dalam belajar akan diuraikan dalam pembahasan sebagai berikut:
- Motivasi sebagai pendorong
perbuatan
Pada mulanya
anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang
dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang belum diketahui itu
akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu. Oleh
karena itu, motivasi mempunyai fungsi sebagai pendorong perbuatan siswa.
- Motivasi sebagai penggerak
perbuatan
Dorongan
psikologis yang melahirkan sikap siswa merupakan suatu kekuatan yang tak
terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik yang
berfungsi sebagai penggerak perbuatan siswa. Sikap berada dalam kepastian
perbuatan dan akal pikiran mencoba membedah nilai yang terpatri dalam wacana,
prinsip, dan hukum. Sehingga mengerti betul isi yang dikandungnya. Berdasarkan
pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat berfungsi sebagai
penggerak perbuatan.
- Motivasi sebagai pengarah
perbuatan
Anak didik yang
mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan
mana perbuatan yang harus diabaikan. Sesuatu yang akan dicari anak didik
merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai
pengarah yang memberikan motivasi pada anak didik dalam belajar. Segala sesuatu
yang menggangu pikirannya dan dapat membuyarkan konsentrasinya diusahakan
disingkirkan jauh-jauh. Itulah peranan motivasi yang dapat mengarahkan
perbuatan anak didik dalam belajar.
F. Strategi Memotivasi Siswa
Menurut Pupuh Fathurrohman dan
M. Sorby Sutikno (2010) bahwa motivasi dapat dibagi
dua. Pertama motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang timbul
dari dalam diri peserta didik tanpa ada paksaan dari dorongan orang lain. Kedua
motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh dari
luar peserta didik. Hal ini bisa timbul karena ajakan, suruhan, atau paksaan
dari orang lain (pendidik) sehingga dengan keadaan tersebut peserta didik mau
melakukan sesuatu atau belajar. Pendapat tersebut menegaskan bahwa dalam
pembelajaran motivasi ektrinsik sangat dibutuhkan oleh peserta didik, seperti
hadiah (reward), kompetensi sehat antarpeserta didik, pemberian nasehat,
dan pemberian hukuman (funishment). Adanya motivasi dari luar
sebagaidorungan untuk diri peserta didik merupakan sebuah kemutlakan harus
dilkukan guru jika menginginkan peserta didiknya mencapai keberhasilan dalam
pembelajaran. Lain halnya dengan peserta didik yang memiliki motivasi intrinsik karena mereka dengan kesadaran sendiri ingin
belajar dan memperhatikan penjelasan guru dalam pembelajaran, karena
keingintahuannya dalam pembelajaran tinggi sehingga sulit terpengaruh oleh
gangguan yang ada di sekitarnya. Dalam kegiatan belajar, motivasi peserta didik
adalah salah satu tolak ukur menetukan keberhasilan dalam pembelajaran. Peserta
didik yang tidak mempunyai motivasi belajar tidak akan mungkin melakukan
aktivitas belajar. Tidak adanya aktivitas belajar tentu akan berdampak terhadap
tujuan pembelajaran. Apabila tujuan pembelajaran tidak tercapai, mencerminkan
kegagalan yang dilakukan pendidik. Untuk itu, pendidik perlu menciptakan
strategi yang tepat dalam memotivasi belajar peserta didik.
Motivasi belajar yang dimiliki
peserta didik berfungsi sebagai alat pendorong terjadinya prilaku belajar
peserta didik, alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, alat
untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan pembelajaran, dan alat
untuk membangun sistem pembelajaran yang bermakna. Oemar Hamalik (2002) secara
umum menyebutkan tiga fungsi motivasi, yaitu:
1. Mendorong manusia untuk berbuat (sebagai penggerak) yang merupakan
langkah penggerak dari setiap kegiatan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai
sehingga dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menetukan perbuatan-perbuatan yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan
yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Berdasarkan
pendapat tersebut dapat diketahui bahwa motivasi berfungsi sebagai
pendorong, pengarah, dan sekaligus sebagai penggerak prilaku seseorang untuk
mencapai suatu tujuan. Begitu juga
halnya dalam pencapaian tujuan pembelajaran, guru merupakan faktor yang penting
untuk mengusahakan terlaksananya fungsi-fungsi tersebut dengan cara dan
strategi yang tepat untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik. Strategi
menumbuhkan motivasi belajar peserta didik sangat ditentukan oleh perencanaan
yang dibuat guru dalam pembelajaran. Dengan strategi motivasi yang tepat akan
mampu memberikan kesuksesan dalam pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan
Wina Sanjaya (2006), bahwa strategi digunakan untuk memperoleh kesuksesan atau
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Pupuh Fathurohman dan M. Sobry
Suntikno (2010) menyatakan ada beberapa strategi untuk menumbuhkan motivasi
belajar peserta didik, yaitu:
a. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik
Permulaan belajar mengajar,
terlebih dahulu seorang guru menjelaskan tentang tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran kepada siswa. Makin jelas
tujuan yang akan dicapai peserta didik maka makin besar juga motivasi dalam
melaksanakan kegiatan belajar.
b. Memberikan hadiah (reward)
Memberikan hadiah kepada
peserta didik yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat peserta didik
untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, peserta didik yang belum
berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar peserta didik yang
berprestasi.
c. Memunculkan saingan atau kompetensi
Guru berusaha mengadakan
persaingan di antara peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan
berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
d. Memberikan pujian
Memberikan pujian atau
penghargaan kepada peserta didik yang berprestasi sudah sepantasnya dilakukan
oleh guru yang bersifat membangun.
e. Memberikan hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini
diberikan dengan harapan agar peserta didik tersebut mau
mengubah diri dan beruaha memacu motivasi belajarnya.
f. Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar
Kegiatan yang dilakukan guru
adalah memberikan perhatian maksimal kepada peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung.
g. Membentuk kebiasaan belajar yang baik
Guru menanamkan pembiasaan
belajar yang baik dengan disiplin yang terarah sehingga peserta didik dapat
belajar dengan suasana yang kondusif.
h. Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual
maupun komunal (kelompok)
i. Menggunakan metode yang bervariasi
Pembelajaran metode konvensional harus sudah ditinggalkan guru karena peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda
sehingga dibutuhkan metode yang tepat/bervariasi dalam memberdayakan kompetensi
peserta didik.
j. Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Penggunaan media yang tepat
sangat membantu dan memotivasi peserta didik dalam memaknai pembelajaran sesuai
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Adanya media yang tepat akan mampu
memediasi peserta didik yang memiliki kemampuan indera yang tidak sama, baik
pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicaranya. Dengan
variasi penggunaan media, kelemahan indera yang dimiliki tiap peserta didik
dapat dikurangi dan dapat memberikan stimulus terhadap indera peserta didik.
Adanya strategi di atas,
menuntut kesiapan guru sebagai perancang pembelajaran untuk mampu
mengimplementasikannya dalam kegiatan proses belajar mengajar. Guru harus mampu
meninggalkan kebiasaan-kebiasaan pembelajaran yang dimonopoli oleh guru itu
sendiri (teacher sentre) . Karena guru dalam melaksanakan peranya
sebagai pendidik, pengajar pemimpin, administrator, harus mampu melayani
peserta didik yang dilandasi kesadaran (awarreness), keyakinan (belief),
kedisiplinan (discipline) dan tanggung jawab (responsibility) secara optimal
sehingga memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan peserta didik secara
optimal baik fisik maupun phisikis.
Perkembangan peserta didik
secara optimal akan terlihat bagaiman sang guru mampu menumbuhkan motivasi pada
diri peserta didik dalam pembelajaran. Guru yang tidak mampu menumbuhkan motivasi
peserta didik berarti sang guru kurang memahami strategi yang tepat dalam
pembelajaran.
Bab III
Penutup
A.
Kesimpulan
Menurut,
pembahasan materi dalam makalah kami, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
suatu dorongan keinginan pada diri seseorang untuk menjadi individu yang lebih
baik. Lebih lanjut dikatakan bahwa motivasi yang ada pada diri seseorang akan
mewujudkan sesuatu perilaku yang di arahkan pada tujuan untuk mencapai sasaran
kepuasan.
Motivasi
berfungsi untuk sebagai pendorong untuk berbuat sesuatu disetiap
aktifitas yang dilakukan, penentu arah perbuatan yakni kearah tujuan yang ingin
dicapai, menyeleksi perbuatan, pendorong usaha untuk mencapai prestasi.
Motivasi dibagi menjadi dua jenis yaitu
motivasi positif, artinya melalui pemberian
hadiah bagi yang berprestasi, diharapkan mereka akan dapat lebih berprestasi
dan motivasi negatif yaitu dengan memberi hukuman bagi yang bersalah, tentunya agar mereka tidak mengulangi
kesalahan.
Pemberian hukuman, memang efektif untuk mencegah kesalahan. Namun, sikap untuk
tidak berbuat salah, tidak otomatis meningkatkan gairah bekerja atau
dapat meningkatkan motivasi untuk menjadi lebih baik. Karena itu, umumnya kedua jenis motivasi ini digunakan dalam porsi
dan waktu yang tepat. Tujuannya adalah meningkatkan
pemahaman diri. Referensi yang kami ketahui
berdasarkan pendapat Rogers mendasarkanteori dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan
potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh manusia. Selain pendapat Rogers,
kami juga memperoleh referensi dari Maslowyang menjelaskan bahwa kebutuhan manusia bertingkat, mulai dari
kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi pada bagian bawah piramid dan kebutuhan
manusia meningkat terus ke atas apabila jenis kebutuhan yang dasar sudah
terpenuhi.
Mulai dari kebutuhan yang paling dasar
adalah kebutuhan fisiologis, kemudian berlanjut ke kebutuhan akan keamanan dan kebutuhan puncak, yaitu aktualisasi diri (self-actualization). Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang
motivasi, perilaku didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong
dalam diri seseorang. Teori insentif menjelaskan
motivasi dalam kaitannya dengan stimuli atau penghargaan eksternal. Berbeda
dengan dorongan atau teori pengurangan penggerak, para psikolog telah
mengajukan teori insentif karena stimulus eksternal dianggap menarik seseorang
untuk beberapa tujuan.
B. Saran
1. Dalam pembelajaran, diperlukan adanya motivasi.
2. Diharapkan pembaca dapat termotivasi dengan meningaktkan proses
pembelajaran.
3. Untuk meraih hasil belajar yang maksimal, siwa harus mempunyai
motivasi untuk belajar, baik motivasi yang berasal dari dalam diri siswa itu
sendiri maupun yang dari luar, seperti lingkungan.
4. Pendidik harus mampu membangkitkan motivasi belajar peserta didik.
5. Diperlukannya usaha-usaha yang dapat membangkitkan motivasi
belajar khususnya dari pihak orang tua, pendidik maupun dari pihak sekolah
untuk meningkatkan hasil belajar anak.
6. Disarankan supaya guru meningkatkan motivasi belajar
menggunakan metode demonstrasi.
7. Disarankan agar guru mampu mengembangkan atau melatih siswa agar
lebih terampil.
8. Diharapkan hasil makalah ini dapat berperan dalam proses
belajar-mengajar dimasa mendatang sehingga suasana belajar menjadi lebih
menyenangkan dan dapat memotivasi siswa untuk terus belajar.
9. Disarankan dapat lebih fokus dalam memotivasi belajar anak
sehingga hasil belajar dapat melibatkan aspek moral dan aspek emosional.
10. Sebaiknya pendidik ataupun
sebagai konselor memahami peran motivasi dalam belajar, supaya dapat memberikan
motivasi terhadap peserta didik sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan
belajar dengan hasil yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Rita L, at.al,(1983).Introduction to Psychology, New York :
Harcourt Brace,
Jovanovich,
Inc
De Cecco, John P.& William Craoford,
(1974). The Psychology of Learning and
Instruction, New Delhi : Prentice Hall
of India Private Limited
Dimyati dan Mudjiono, (1994). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta :
Depdkbud bekerja
sama
dengan Rineka Cipta
Ngalim Purwanto, (1987). Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja
Karya, C.V.
Rochman Natawidjaja dan Muin Moesa
(1991). Psikologi Pendidikan, Jakarta
: Proyek
Pembinaan
Tenaga Kependidikan, Direktorat Tenaga Kependidikan Tinggi,
Depdikbud
Hurlock, E.B, (1957). Defelopment Psychology, New York : MeGraw
Hill Book
Company
Luthans, Fred, (1973). Organizational Behavior, A Modera
Behavioral Approach to Management,
New York : McGraw Hill Book Company